Dua minggu yang lalu, dek Dafy tiba-tiba mengeluh sakit perut sehabis bangun tidur siang. Awalnya kita hanya menyangka ia masuk angin. Namun setelah itu diikuti semalaman muntah-muntah memaksa kita untuk membawanya ke rumah sakit keesokan paginya. Ditemui dokter jaga UGD, kita hanya diminta untuk mengobservasinya, memberi obat untuk mengurangi muntahnya, sambil terus memberinya cairan untuk mencegah dek Dafy dari dehidrasi.
Namun hari itu, dek Dafy tak juga membaik. Akhirnya keesokan harinya lagi, kami membawanya menemui dokter anak yang biasa menanganinya. Bu dokter menyarankan untuk melakukan USG, namun setelah dokter yang melakukan USG menemukan bahwa ususnya telah melebar. Ia minta izin untuk dilakukan foto rontgen dan ditemukanlah bahwa dek Dafy ususnya ada penyumbatan.
Dek Dafy pun disuruh untuk rawat inap saat itu juga, sambil terus diobservasi. Dokter berharap bahwa sumbatan pada ususnya hanya sebagian, sehingga ada kemungkinan bisa diobati. Namun ditemukannya cairan empedu di lambungnya menandakan sumbatan pada usus sudah sepenuhnya hingga tak ada cara lain selain tindakan operasi harus dilakukan segera.
Saya dan Dewi kaget. Kami tak percaya bahwa keadaan bisa berubah begitu drastis padahal dua hari yang lalu dek Dafy masih bermain dan ceria seperti biasa.
Namun untuk menghindari resiko yang lebih besar, kami terpaksa merelakan operasi dilakukan. Tanpa waktu banyak untuk berpikir, kami hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Allah SWT bahwa ini akan mengakhiri penderitaan dek Dafy.

Empat jam kemudian, operasi berakhir dengan sukses. Ternyata ada jaringan yang tumbuh di usus halus yang kemudian melilit ususnya. Jaringan tersebut kemudian dipotong, sekalian mengangkat usus buntunya yang sudah infeksi. Kami pun lega dan bersyukur.
Namun karena operasi dilakukan pada saat kondisi tubuh dek Dafy kurang fit dan masih dehidrasi, masa recovery pun dijalaninya dengan lebih berat. Tubuhnya dipaksa untuk kembali beradaptasi dengan kuman dan infeksi yang selama ini tak mengganggu tubuhnya. Berulang kali panasnya naik turun diiringi batuk berdahak. Ini membuat adaptasi terhadap makan dan minumnya menjadi terganggu. Namun Dokter dan perawat meyakini memang itu wajar karena tubuhnya sedang melawan. Saat panasnya turun, ia pun kembali ceria seperti sediakala, dan kembali meluluhkan hati kami dengan senyumnya.

Hampir dua minggu di rumah sakit, kami melihat dek Dafy perkembangannya pun membaik. Bekas operasinya menutup dengan bagus tanpa komplikasi apapun. Fungsi pencernaannya pun sudah tampak kembali normal. Kami pun optimis dek Dafy bisa pulang tepat dua minggu sejak awal operasi. Hari-harinya pun diisi dengan bermain dengan kado-kado dari teman-teman dan saudara yang datang menjenguk, atau menonton video Elmo kesukaannya di komputer. Pada saat abangnya datang, ia pun sudah bisa pindah tempat tidur dan bermain bersama. Tinggal menunggu panas tubuhnya stabil dan batuknya sembuh.
Namun di hari ketiga belas, dek Dafy hanya terbaring lemas di tempat tidur padahal suhu tubuhnya sudah turun. Ia terlihat capek dan enggan bicara apalagi bermain. Nafasnya agak lebih cepat dari biasanya, namun tidak terlalu membuat kita khawatir. Hari itu hari Minggu, dan seperti biasa dokter tidak datang untuk kontrol sehingga kami berniat menanyakan soal itu besok. Saya pun minta ijin pada Dewi untuk membuat janji dengan atasan kantor untuk datang mengurusi pekerjaan yang sudah dua minggu terbengkalai. Dewi menyanggupi karena melihat meskipun lemas, kondisi dek Dafy terlihat stabil.
Minggu sore itu, sehabis mandi, tiba-tiba dek Dafy mengeluarkan suara.
"Foto" katanya.
Terkejut, Dewi bertanya, "Dedek mau difoto?". Kita terkejut karena sedari pagi kita tak mendengarnya bicara.
Dek Dafy mengangguk pelan.
Jadilah sore itu kita berfoto bersamanya. Ketika disuruh senyum, tak lupa ia mengeluarkan ekspresi andalannya. Saya dan Dewi merasa lega, rasanya inilah tanda kesehatan dan ketengilannya kembali.

Sama sekali kami tak menyangka itu akan jadi saat terakhir kami berfoto bersamanya.
Esok paginya saat sahur kami menemukan dek Dafy bernafas dengan sangat tersengal-sengal. Kami melaporkannya pada suster dan dokter yang kemudian memasukkannya ke ruang ICU. Di sana dek Dafy dirontgen dan dicek jantungnya. Hasil rontgen menunjukkan bahwa ia terkana pneumonia yang sudah meluas. Paru-parunya terkena infeksi dan terlihat bercak-bercak sudah penuh di dada. Siang itu di ICU kami mendapatinya terbangun dari tidur dan kaget karena sudah terpasang banyak alat. Ia berontak dan minta gendong, namun kami tak berdaya menurutinya. Dokter berkata bahwa ia harus dipasangi ventilator untuk mengambil alih fungsi nafasnya supaya otot pernafasannya tak letih. Kami hanya bisa menyanggupi meskipun hati ini teriris mendengarnya menjerit kesakitan saat alat-alat itu dipasang di tubuhnya. Kami hanya bisa berdoa dari jauh karena di ICU, ia tak mungkin kami tunggui terus menerus. Siang itu, saya menyuruh Dewi beristirahat sedikit sambil menunggu jam besuk sore, supaya tak kelelahan jika kami nanti harus bergadang malamnya.
Jam setengah lima sore, kami dipanggil. Dek Dafy kondisinya menurun. Ternyata jantungnya sempat berhenti meskipun saat kami sampai di sana kondisinya membaik. Namun tak lama, kondisi jantungnya terus menerus turun. Kami hanya bisa berdoa dan memeganginya saat dokter dan perawat berusaha mengembalikan fungsi jantungnya. Seumur-umur, saya jarang berdoa sampai menangis, dan saat itu saya memohon pada Allah SWT untuk mengembalikan dek Dafy kepada kami.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Sekitar jam 17.30, dokter sudah tidak sanggup lagi mengembalikan fungsi jantungnya. Kami sempat tak percaya. Rencana kami untuk berkumpul lagi bersama-sama di rumah malam itu ternyata tidak bisa terkabul. Kami harus merelakan dek Dafy pulang ke rumahnya yang sesungguhnya, kembali kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta. Dan malam itu, dek Dafy pulang diantar ambulans yang suaranya ia sering tirukan, "nguinguing.."
Kami masih kaget, dan meskipun ikhlas, jujur kami masih sangat merindukannya. Siapapun yang pernah bertemu dengan dek Dafy pasti akan mengingat keceriaan dan kegembiraan yang selalu ia pancarkan.
Selanjutnya jenazah telah dimakamkan di TPU Kampung Kandang Jagakarsa pada hari Selasa tanggal 14 Agustus 2012 jam 9 pagi. Sepertinya belum lama saya mengadzaninya saat ia lahir, dan saat itu harus mengadzaninya lagi sebelum makamnya ditutup. Dan untuk saat itu, saya tak sanggup melakukannya.
Beruntunglah kami dikelilingi kerabat dan sahabat baik yang turut meringankan beban kami sejak Dafy masih dalam perawatan. Bersama ini, saya dan Dewi Fitriasari ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk segala doa dan dukungan teman-teman dan kerabat sekalian. Semua hadiah dan kado juga pernah menghibur dek Dafy di saat-saat terakhirnya. Mohon maaf kami tidak bisa membalas satu-satu semuanya. Tapi Tuhan Maha Tahu dan pasti akan membalas ketulusan kalian. Kami masih mohon doa agar jalan dek Dafy kembali kepada Allah SWT dilapangkan, dan semoga kami yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Sekali lagi, terima kasih.

Jadilah sore itu kita berfoto bersamanya. Ketika disuruh senyum, tak lupa ia mengeluarkan ekspresi andalannya. Saya dan Dewi merasa lega, rasanya inilah tanda kesehatan dan ketengilannya kembali.

Sama sekali kami tak menyangka itu akan jadi saat terakhir kami berfoto bersamanya.
Esok paginya saat sahur kami menemukan dek Dafy bernafas dengan sangat tersengal-sengal. Kami melaporkannya pada suster dan dokter yang kemudian memasukkannya ke ruang ICU. Di sana dek Dafy dirontgen dan dicek jantungnya. Hasil rontgen menunjukkan bahwa ia terkana pneumonia yang sudah meluas. Paru-parunya terkena infeksi dan terlihat bercak-bercak sudah penuh di dada. Siang itu di ICU kami mendapatinya terbangun dari tidur dan kaget karena sudah terpasang banyak alat. Ia berontak dan minta gendong, namun kami tak berdaya menurutinya. Dokter berkata bahwa ia harus dipasangi ventilator untuk mengambil alih fungsi nafasnya supaya otot pernafasannya tak letih. Kami hanya bisa menyanggupi meskipun hati ini teriris mendengarnya menjerit kesakitan saat alat-alat itu dipasang di tubuhnya. Kami hanya bisa berdoa dari jauh karena di ICU, ia tak mungkin kami tunggui terus menerus. Siang itu, saya menyuruh Dewi beristirahat sedikit sambil menunggu jam besuk sore, supaya tak kelelahan jika kami nanti harus bergadang malamnya.
Jam setengah lima sore, kami dipanggil. Dek Dafy kondisinya menurun. Ternyata jantungnya sempat berhenti meskipun saat kami sampai di sana kondisinya membaik. Namun tak lama, kondisi jantungnya terus menerus turun. Kami hanya bisa berdoa dan memeganginya saat dokter dan perawat berusaha mengembalikan fungsi jantungnya. Seumur-umur, saya jarang berdoa sampai menangis, dan saat itu saya memohon pada Allah SWT untuk mengembalikan dek Dafy kepada kami.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain. Sekitar jam 17.30, dokter sudah tidak sanggup lagi mengembalikan fungsi jantungnya. Kami sempat tak percaya. Rencana kami untuk berkumpul lagi bersama-sama di rumah malam itu ternyata tidak bisa terkabul. Kami harus merelakan dek Dafy pulang ke rumahnya yang sesungguhnya, kembali kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta. Dan malam itu, dek Dafy pulang diantar ambulans yang suaranya ia sering tirukan, "nguinguing.."
Kami masih kaget, dan meskipun ikhlas, jujur kami masih sangat merindukannya. Siapapun yang pernah bertemu dengan dek Dafy pasti akan mengingat keceriaan dan kegembiraan yang selalu ia pancarkan.
Selanjutnya jenazah telah dimakamkan di TPU Kampung Kandang Jagakarsa pada hari Selasa tanggal 14 Agustus 2012 jam 9 pagi. Sepertinya belum lama saya mengadzaninya saat ia lahir, dan saat itu harus mengadzaninya lagi sebelum makamnya ditutup. Dan untuk saat itu, saya tak sanggup melakukannya.
Beruntunglah kami dikelilingi kerabat dan sahabat baik yang turut meringankan beban kami sejak Dafy masih dalam perawatan. Bersama ini, saya dan Dewi Fitriasari ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk segala doa dan dukungan teman-teman dan kerabat sekalian. Semua hadiah dan kado juga pernah menghibur dek Dafy di saat-saat terakhirnya. Mohon maaf kami tidak bisa membalas satu-satu semuanya. Tapi Tuhan Maha Tahu dan pasti akan membalas ketulusan kalian. Kami masih mohon doa agar jalan dek Dafy kembali kepada Allah SWT dilapangkan, dan semoga kami yang ditinggalkan diberi ketabahan.
Sekali lagi, terima kasih.
Turut sedih bgt bacanya.:-((( Semoga keluuarga diberi kekuatan ya.
BalasHapusah...sukses mewek sendiri di kantor...pasti berat nulis ini semua ...
BalasHapusHaris... Turut berduka cita... Semoga seluruh keluarga terutama bapak dan ibunya diberi ketabahan dan kekuatan.
BalasHapussemoga dek dafi membawa syafaat bagi mas dan mbak nanti...
BalasHapusT_T nangis aku huhu....Allah lebih menyayanginya..semoga orangtua yg ditinggalkan bisa ikhlash dan tabah..
BalasHapusTurut berduka cita mas...semoga mas sekeluarga diberi ketabahan.
BalasHapusTurut berduka cita :( Semoga Allah memberikan kekuatan kepada Mas Haris dan Mbak Dewi. Aamiin.
BalasHapusSpeechless.....
BalasHapusSaya cuma bisa berdoa, semoga Mas Haris dan Mbak Dewi senantiasa diberi kekuatan dalam menghadapi hari-hari selanjutnya.
Turut berduka cita, dek Dafy hanyalan titipan, kita harus ikhlas jika yang punya menghendaki untuk mengambilnya kembali.. semoga mas dan mbak bisa tabah yaa..
BalasHapusInnalilahi wa inna ilaihi raji'un, moga Allah memberikan kesabaran kepada kedua orangtua de' Dafy, aamiin...
BalasHapusInnalillahiii.. :-(
BalasHapusSedih banget baca jurnal ini.. :-(
Insya allah dek dafy sudah berada di surga dan tertawa bahagia.
Buat mas dan mbak, semooga selalu diberi kekuatan dan ketabahan selalu.. Amin..
BalasHapusya Allah.. *hapus air mata*
BalasHapussemoga bisa berkumpul lagi di surga ya om haris..
Turut berduka, dan semoga keluarga diberi kekuatan.
BalasHapusTerima kasih doanya, teman-teman.. :)
BalasHapusIkut berduka ya mas haris, mb dewi, ikut sedih membacanya *seka airmata
BalasHapusTeriring doa..
saya ikut berduka cita mas ,,, semoga dek dafy mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya,
BalasHapusserta mas dan mbak Dewi tabah menghadapi cobaan ini ...
Harris n Dewi, ikut berdukacita ya. Dek Daffy uda membuka jalan ayah dan ibunya ke surga nanti. Aku jd mewek bacanya, smoga keluarga yg ditinggalkan terus diberi kekuatan.
BalasHapusinnalillahi wa innaillaihi rojiun....pasti dafy mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah swt.
BalasHapusanak yg meninggal sebelum baligh akan menjadi hijab orang tuanya di padang masyar nanti.
smoga keluarga ditabahkan!
satu hal yg sulit dilakukan namun bisa mengobati duka karena kehilangan adalah dengan merelakan sesuatu yg hilang itu. karena manusia tak mungkin menghindar dari sunatullah bahwa cepat atau lambat kita pasti meninggalkan atau ditinggalkan orang2 yg kita sayangi. biarkan dik Dafy tetap hidup di dalam hati selamanya. boleh jadi kepergian dik Dafy akan membawa perubahan baru bagi keluargamu menjadi lebih baik dalam segala hal. karena kita tak akan pernah tahu rencana Tuhan. satu lagi, bahwa kehendak Tuhan itu selalu baik bwt makhluqNya...karena Dialah satu2nya sumber kebaikan bwt seluruh alam ciptaanNya.
BalasHapusTurut berdukacita mas dan mbak...insyAllah dek dafy menjadi penghuni syurga yg akan menjadi tabungan akhirat bg ibu bapaknya. Smoga keluarga selalu diberi kekuatan dan keikhlasa. Salam kenal.
BalasHapussemoga loe lebih enak setelah nulis ini Ris...
BalasHapusjangan ragu untuk nulis lagi..
dan jangan lupa dibackup ke tempat lain -.-;;