Rabu, 03 Juni 2009

The Battle of Patuha

Beberapa minggu yang lalu, gue dan kawan-kawan sekantor pergi ke Ciwidey dalam rangka outing. Acara tiga hari tiga malam ini diisi dengan berbagai macam games, leyeh-leyeh, makan-makan dan bercanda tak karuan. Sungguh selingan yang menyenangkan di tengah rutinitas pekerjaan yang sering menjemukan.

Setelah games-games yang penuh canda tawa, di hari kedua mulailah kegiatan yang standar dilakukan oleh rombongan yang berlibur di alam pegunungan, main paintball atau ATV. Atau adalah kata kuncinya di sini, karena meskipun kita di Ciwidey tiga hari, waktu untuk bermain permainan ini hanya beberapa jam saja, jadi kita harus memilih salah satu. Buat gue yang belum pernah main keduanya (kesian deh gue.. :P), gue pun mengalami dilema berat.

Dan limabelas detik kemudian gue pun memutuskan, gue akan main paintball. Adapun alasannya adalah:
1. Gue belum pernah bermain paintball
2. Gue penyuka game-game first person shooter dan gue pikir kapan lagi gue bisa trigger happy di dunia nyata?
3. Sepertinya lebih seru karena bermainnya harus berkelompok
4. Sepertinya akan keren berfoto dengan perlengkapan tempur, apalagi bawa senjata macam rambo saja.

Nah dari point keempat inipun sebenarnya sudah ketahuan masalah yang akan gue hadapi. Mari kita lihat foto yang akhirnya gue ambil. Bayangkan di depan gue ada puluhan tentara bayaran yang bergelimpangan setelah menerima berondongan gue...


Yak, ternyata penyelenggara paintball hanya menyediakan satu ukuran kostum, dan ukuran tersebut adalah all size. Siapapun pencipta ukuran all size harus dibawa ke mahkamah internasional atas kejahatan pada kemanusiaan karena jelas-jelas all size tidak muat untuk semua orang, apalagi yang berbadan kekar seperti Sylvester Stallone (dan berperut kekar seperti gue). Saking tidak pasnya kostum pinjaman itu, gue cuma memasang kancing dan tali pengikat, karena ritsletingnya gak bisa dipasang.

Akhirnya sudah bisa ditebak, gue yang bermaksud memamerkan skill menembak gue yang sudah gue dalami bertahun-tahun (di komputer) akhirnya menyerah pada nasib. Ronde pertama gue mencoba menjadi sniper untuk meminimalisasi gerak. Akhirnya peluru gue habis padahal game baru berjalan beberapa menit saja. Dan dari semuanya, tak satupun yang pecah mengenai musuh. Ternyata memang senapan paintball tidak bisa ditembakkan terlalu jauh ya... (maklum pemula, heheheh). Gue mencoba mencolong close hit demi mencuri angka dengan senapan kosong. If I'm down, somebody has got to go down with me. Apadaya gue keburu tertembak tanpa bisa membalas (sayangnya menyambit lawan dengan senapan tidak dihitung sebagai hit)

Ronde kedua, gue mencoba lebih aktif. Bergerak ke sana ke sini mencari celah buat maju. Apa daya selain posisi awal yang lebih rendah dari tadi, gue menghadapi masalah lain, yaitu kesulitan mencari tempat bersembunyi. Niatan untuk merangsek maju akhirnya malah membuat gue bergerak ke sana kemari mencari perlindungan. Gue pun berguling dan merangkak, sambil berpikir keras bagaimana cara untuk maju.

Lalu terdengar teriakan dari belakang gue. Yang berteriak adalah Alma, rekan AE sesama tim anti-teroris.

"Haris! Celana lu melorot!!!"

Rupanya saking asiknya berguling dan merangkak, gue tidak merasa kalo celana loreng pinjaman itu sudah melorot hingga ke lutut. Celana yang gue pakai di dalamnya pun agak turun membuat celana dalam gue ikut mengintip sedikit. Ternyata, karena tidak bisa diritsleting, kancing penahan satu-satunya sudah lepas   entah ke mana dan celananya terkoyak-koyak karena gue berlari dan berguling..

Seketika, hancur sudah moral pasukan gue yang berada di garis belakang.

Ronde kedua dan ketiga pun akhirnya dimenangkan oleh tim teroris membuat mereka unggul telak tiga kosong. Di ronde ketiga, gue pun tidak bisa berbuat banyak karena selain takut merusakkan satu celana lagi, gue tertembak telak di kaki. Selain itu ada hambatan lain, napas gue yang gak pernah olahraga ini pun sudah setengah-setengah.

Moral cerita dari cerita peperangan ini adalah; jangan percaya kalo main paintball itu hanya buat senang-senang. Di dalamnya terdapat persaingan harga diri yang tinggi sekali. Apalagi kalau anda bermain bersama teman-teman kerja misalnya, dan anda merasa anda di kantor banyak musuh. Sudah dipastikan anda yang akan diincar pertama kali begitu peluit tanda mulai dibunyikan. Belum lagi kalau anda bermain dengan teman-teman yang jago main Counterstrike atau pengumpul mainan airsoft gun yang haus darah mencari kesempatan untuk menembak sasaran bergerak di dunia nyata...

Kedua, meskipun bercanda, paintball membutuhkan bodi yang fit. Stamina sangat dibutuhkan, apalagi kalau anda berniat untuk menang dan menyombong karena berhasil menembak bos anda misalnya (tenang, pakai saja alasan gak keliatan, kan semuanya pake masker). Dan yang tak kalah penting, pastikan tersedia kostum yang pas dengan ukuran badan anda. Kalau tidak ada, gue sarankan lebih baik pilih kegiatan lain yang tidak membutuhkan kostum khusus. Seperti memetik strawberry misalnya...

11 komentar:

  1. gyahahahahahahahahahahahaha.....
    loe bener2 menghibur deh ris... ^_^

    BalasHapus
  2. tampaknya main paintball asik, pelurunya ga sesakit maen airsoftgun ya?

    BalasHapus
  3. huahahahahahahahahahahaha.... **ketawa guling2**

    BalasHapus
  4. =))
    (sambil bayangin haris nyari tempat ngumpet + pake celana melorot)

    BalasHapus
  5. Kalo celana lu melorot, kena peluru paintball rasanya gak ada apa-apanya :D

    BalasHapus
  6. =))...gw sampe nangis bacanya saking terpingkal-pingkal,...

    BalasHapus
  7. lepas aja sekalian celananya ris... gue rasa celananya bisa jadi decoy... saat musuh mendekati celana lu.. lu tembak mati dah dari belakang... gyahahaha..

    BalasHapus
  8. Ini toh rupanya aksi legendaris Haris. Marilah kita seret pencipta one size fits all itu tanpa memedulikan Konvensi Jenewa.

    BalasHapus
  9. Atau sebenarnya itu pesan terselubung dari, "Kalau tidak muat, berarti kamu tidak cukup fit untuk permainan ini. Pergi memetik strawberry saja, sana" gitu ya?

    BalasHapus