

Pekerjaan yang tadinya sudah sulit dikerjakan dalam waktu tiga hari, tak juga dipermudah dengan hadirnya revisi2 di tengah pekerjaan. Kabar bahwa pekerjaan ini juga bernilai tengkyu alias digratiskan untuk si klien membuat moral bekerja kita makin jatuh. Belum lagi request pekerjaan baru berdatangan dengan deadline yang menempel ketat seakan kita adalah pemuda Indonesia jaman penjajahan jepang. Putus asa? hampir, tapi belum.
Akhirnya pagi tadi gue baru sampe rumah jam setengah lima. Masuk kamar, gue lihat Dewi sedang bangun menyusui Alif. Mendengar ayahnya datang, Alif menghentikan minumnya, menoleh, dan memberikan senyumnya yang paling manis sedunia.
Seketika itu lelah dan frustasi hilang sudah. Terbayar lunas!
Jam delapan lima belas pagi, sudah sampai kantor lagi. Gak sabar pengen cepat-cepat pulang. Itupun kalau bisa...
waduuuh capeknya kerja ya..
BalasHapusAYO SEMANGAT, RIS..!!!
KAMU PASTI BISA..!!! :-)
Pak Haris Memang!!!
BalasHapuscoba mendekat lagi deh ris..
BalasHapussenyuman Alif pasti berubah dari yang paling manis sedunia menjadi tatapan"awas ya, kalo sampe ngambil jatah susuku!" :p
Gak juga lah, si Alif biasanya senyum dengan tatapan, "Ayo sini, sebelah kosong nih..."
BalasHapus"ayo pah sini....nongkrong bareng sambil minum-minum!"
BalasHapus*cheerss*
hahahaha... GO HARIIIISSSSSS... ah, man badan lu masih gede, sanggup lah kalo kerja lembur dua hari aja sih (eh, cuma dua hari kan ya?) :D
BalasHapusPS: inget2 supaya jangan mendorong anak lo untuk menjadi insan periklanan yak hehehehehe
iya, hampir sama dengan postingan saya: Senyum Si Gigi Empat Di Pagi Hari...
BalasHapus