*posting sambil ditemani 'the anchor song' dari chasing dorothea dan awan gelap menggantung di atas kepala mamakota*
Tadi pas jumatan, pak khotib yang sedang berkhotbah mengucapkan sebuah kalimat yang menusuk cukup dalam ke relung hati gue yang lagi tidur-tidur ayam....
"Memang sulit menerjemahkan Al Quran ke dalam berbagai bahasa, tapi yang lebih sulit adalah menerjemahkan Al Quran ke dalam tindakan"
Kenapa sulit sekali buat gue memulai kebiasaan itu lagi ya? Kalo lagi mikir-mikir gini, gue suka sedih mengingat betapa setan bernama pekerjaan dan hura-hura menjauhkan diri gue dari segala ibadah yang bermanpaat. Boro-boro bersikap mengacu Al-Qur'an, membaca saja masih terpatah-patah. Padahal kalau mau bersikap lebih dari itu gak cukup dengan lafal bagus dan lagu merdu semata....
Seorang guru ngaji gue pernah bilang, Al Quran itu mengandung jawaban dari pertanyaan kehidupan manusia muslim. Cuman yang sulit, Al Quran tidak selalu bercerita dengan gamblang. Terutama surat-surat yang turun di Mekkah, banyak menggunakan bahasa kiasan. Kalau gak pintar-pintar, bisa salah menafsirkannya. Itu makanya waktu ngaji dulu kita peserta pengajian dibekali Al Quran dari berbagai tafsir, biar bisa mengamati perbedaan tafsir tiap orang (di Indonesia ini ada kurang lebih tujuh gitu), dan berusaha menggali makna yang sebenarnya. Bingung? Penjelasan dari ayat2 Al Quran ada di dalam Al Quran itu sendiri. Cuman letaknya gak mesti bersebelahan.. Sering kali di beberapa surat sebelumnya atau di sesudahnya. Trus taunya gimana dong? Ya itu lah makanya kita perlu guru ngaji yang gak cuma ngajari cara baca saja... (kemana ya ibu guru ngaji yang sering gue kabur darinya waktu kecil dulu...)
Al Quran emang cuma buat orang yang berakal... Dan gue belum seberakal itu, ternyata huhuhuhuh...
ayah... sebentar lagi harus kasih contoh lhooo ... :p
BalasHapushaiyaaaaaaa.....
BalasHapusitu diyahaaaaaaaa.....
emang enak & gampang jadi ortu?
BalasHapussukurin! hahahah...