
Rating: | ★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Action & Adventure |
Kemarin, setelah akhirnya berhasil nonton di bioskop andalan yang gak bakal ngantri seberapapun hype filmya itu, gue keluar dengan perasaan puas dan gak ngerti kenapa orang-orang kecewa. Seperti gue bilang di atas, film ini bikin penasaran karena trailernya yang dahsyat, dan seinget gue hampir semua (apa semua ya?) orang yang gue kenal tertarik nonton film ini setelah melihat trailer itu untuk melihat special effectnya yang dahsyat.
Dan bukan ceritanya.
Apalagi kalau melihat track record si sutradara, Roland Emmerich yang memang hobi membuat film hancur-hancuran (I heart Roland Emmerich :D) dan film-film itu sebagian besar lemah dari segi cerita. Kenapa film dengan special effect dahsyat biasanya ceritanya gak oke, gue juga gak bisa jawab. Tapi mungkin itu ada hubungannya dengan screen time. Dalam kasus 2012 ini, screen time terbanyak bukan pada John Cusack atau Woody Harrelson, tapi pada adegan kehancuran dunia. Cerita diadakan supaya adegan-adegan itu ada alurnya. Seakan jadi syarat saja. Jadi bahwasanya plotnya basi dan mudah ditebak, bahkan maksa buat hepi ending, pemain-pemainnya pun bermain biasa saja, bahkan logikanya juga ngawur, semestinya sudah bisa diharapkan, sebagaimana kita mengharapkan kualitas special effect film ini.
Cerita di film ini begitu tipis, sehingga siapapun yang menyalahartikannya, sampe menganggapnya sebagai perusak iman dan akidah, pasti sedang menghina kecerdasan penonton film Indonesia...
Eniwei, pemeran-pemeran yang bermain dalam film ini tampaknya dipilih dengan cukup pas dengan karakter stereotipikal yang mereka mainkan. John Cusack sebagai seorang ayah yang bingung dan bermasalah dengan perkawinannya yang di saat-saat terakhir mesti menjadi pahlawan buat kedua anaknya pun terasa pas. Begitu pula Woody Harrelson sebagai seorang gila yang mengetahui rencana pemerintah dalam menghadapi kiamat. Pas banget. Yang rasanya kurang pas mungkin Presiden Amerika yang dimainkan oleh sersan Murtaugh. Bisa-bisanya seorang presiden Amerika menolak dievakuasi dan memilih mati bersama rakyatnya, dan mengabaikan kesempatan menjadi pemimpin di dunia baru? Kalau ingat Independence Day waktu Bill Pullman berpidato memimpin perang udara terbesar di sejarah umat manusia lalu naik pesawat jet dan menembaki para alien, betapapun norak kedengarannya, itu baru Amerika :D
Cerita di film ini emang gak bagus, tapi di beberapa hal gue memang berharap mereka agak lebih memperhatikan detil. Mungkin memang kru film ini terlalu fokus pada adegan-adegan kolosal sehingga hal-hal yang kecil sering kelewatan. Seperti saat seorang ilmuwan India berpamitan pada kawannya ilmuwan Amerika saat ia dan keluarganya sudah akan diterjang ombak tsunami setinggi 1500 m. Melalui telepon. Tepat beberapa menit sesudah dialog, "We've lost all ground communications". Operator henpon India mungkin hebat, tapi sepertinya gak bakal sehebat itu. Padahal kalau henponnya diganti dengan telepon satelit, misalnya, mungkin lebih bisa dipercaya. Atau bahwa cerita tahun 2012 Presiden Amerika masih pake henpon Sony Ericsson M600i yang terkenal sinyal penerimaannya lemah. Memang sepele, tapi film macam ini akan banyak ditonton para geek, yang pasti akan memperhatikan hal-hal semacam itu.
Dan setelah menonton film ini, gue teringat akan salah satu film terbesar taun ini, Transformers 2. Gue jadi berpikir apakah gue mesti meminta maaf karena banyak mencela film itu karena 2012 adalah bukti bahwa gue bisa menikmati film dengan cerita yang kacau sekalipun. Tapi pikiran itu langsung gue tepis jauh-jauh karena gue rasa logika cerita, dan kamera berputar-putar Transformers 2 lebih tidak bisa dimaafkan. Dan gue gak tertarik nonton lagi Transformers 2 meskipun diputar ulang di Keong Mas.
Tapi kalo 2012 di teater IMAX? hm...sungguh tawaran yang menggiurkan :D
Film ini gue nobatkan sebagai film taun 2009 dengan spesial efek terdahsyat, adegan mobil meloncat terbanyak (limosin loncat, karavan loncat, sampe Bentley loncat), juga penampakan henpon Sony Ericsson M600i/W950i terbanyak, jika akhir dunia datang, henpon inilah yang harus lu pegang :D
merhatiinnya mpe segitu detail Mas .... ckckckck
BalasHapusGEEK! :D
BalasHapus@lumoslagi, @andy: geek power baby! :D
BalasHapusidiiihhhh .... Mas Haris memang!!
BalasHapussudah..nonton robert parkinson dan tay tay saja..
BalasHapushihihihihi
itu ibaratnya nonton film 2012 ini tapi gak ada spesial efeknya... pure crap. :D
BalasHapusyg mau gw tanya justru d manakah bioskop andalanmu yg konon ga bkal ngantri walo sehype apapun pelemnya? :D
BalasHapuskayaknya di Hollywood KC, ...atau Buaran? :p
BalasHapusbtw, nih film kayaknya di-endorse sama Sony yah..hp sony ericsson, dan semua orang pake laptop Vaio
@dyo, emte: tentu saja Pasaraya Blok M.. \m/
BalasHapuso...ya ya ya...BENAR SEKALI...MPX GRANDE....rulesss
BalasHapuswah pankapan musti d sambangin tu :D
BalasHapus@dyo: pastinya. Hari biasa 15.000 rupiah, wiken 25.000 rupiah, yang kelas diamond yang bisa sambil tidur2an 50.000 rupiah sahaja. Kursinya besar dan nyaman, sandarannya bisa dinaikkan, cocok buat pacaran. Di salah satu teaternya selalu memutar film India. Cocok buat pacaran sama orang India.. :D
BalasHapusKekurangannya, lift aksesnya biasanya hanya satu yang bekerja, dan itu penuh terus, kalo mau muter naek eskalator jalannya jadi rada jauh. Tapi dapat bonus pemandangan kota Jakarta dari lantai 6 sejauh mata memandang. Dan kalau mau ada acara setelah nonton, Pasaraya itu kurang gawul :D
laah kalo duduk disini yang ada gw malah tidur :)))
BalasHapus