
Rating: | ★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Action & Adventure |
Ya, film ini memang ditujukan buat remaja-remaja penggemar special effect. Dalam bayangan gue, waktu mengira-ngira target marketnya, Michael Bay membayangkan remaja tanggung yang baru bisa ngaceng. Maka di film ini akan bertebaran dengan mobil-mobil keren, ledakan, Megan Fox nungging, ledakan, Megan Fox buka baju, ledakan, Megan Fox lari-lari sambil payudaranya gondal gandul, ledakan... begitulah.
Film sekuel Transformers yang sukses besar dua tahun lalu itu, kini bercerita tentang pertempuran para Autobots dan Decepticons yang terus berlanjut. Manusia sudah bekerja sama dengan para Autobots untuk memerangi sisa-sisa pasukan Decepticons yang ada di bumi dan menjaga mayat Megatron. Dari sini sudah ketahuan betapa bodohnya pasukan manusia itu karena mereka akhirnya gak bisa membasmi semua Decepticon dan masih menyisakan Starscream dan Soundwave, dan mereka juga gagal menjaga Megatron yang akhirnya dihidupkan kembali dengan mudahnya oleh lima Decepticon yang tinggal nyemplung ke laut mengunjungi makam Megatron. Cerita diperrumit dengan asal-usul para Primes, makhluk Cybertron yang ternyata pernah datang ke bumi jaman dahulu kala, namun terpecah dan menyisakan The Fallen, nenek moyang para Decepticon yang ingin bangkit dan menguasai bumi, Sam Witwicky yang mulai kuliah dan hubungan percintaannya dengan Mikaela mulai renggang. Sisanya agak blur karena semuanya entah diceritakan dengan ribet, atau gue gak sempat memerhatikan karena sibuk mengamati Meg.. eh, efek spesialnya.
Bagusnya, film ini di beberapa bagian lebih bisa dicerna dari film yang pertama. Dari segi special effect yang jadi kekuatan utama film ini, adegan-adegan bertarung lebih mudah dicerna dan diamati kecanggihannya. Dua bintang gue ini buat adegan pertarungan Optimus ketika ia berusaha menghajar Starscream dan Megatron sendirian, juga adegan pertempuran terakhirnya. Hanya saja, di banyak bagian, film ini juga terasa lebih memusingkan. Entah kenapa Michael Bay senang sekali memutar kamera ketika robot-robot itu sedang bertransformasi. Oke, 3D-nya keren, kita ngerti. Tapi kan gak mesti pas Ironhide berubah, kameranya berputar. Optimus berubah, kameranya berputar. Bahkan adegan dialog Starscream dan Megatron di atas gedung pun, kameranya berputar-putar. Pusiing!
Ceritanya? Cerita apa? Meskipun filmnya lebih panjang dari film pertama, sepertinya memang waktu tambahan itu tidak diinvestasikan buat menceritakan kisah yang bagus. Buat yang merasa film Transformers yang pertama itu messy, karena film kedua ini adalah film yang lebih besar, jadilah ceritanya juga semakin berantakan. Terlalu banyak karakter baru mencoba menyita waktu di layar, dan hampir semua karakter baru itu dimaksudkan buat menjadi karakter banyolan. Kecuali The Fallen tentunya. Barisan Autobot diramaikan oleh dua bersaudara yang entah kenapa bergaya seperti orang kulit hitam stereotipikal yang hobi berantem, ngobrol dengan bahasa slang orang hitam, bodoh, dan bergigi emas. Lucu? Menurut gue sih enggak. Sebagian besar joke di film ini buat gue kalo gak udah sering gue dengar, ya terlalu nyerempet soal seks.
Di tengah-tengah film gue tiba-tiba menuduh Michael Bay ini adalah pendukung partai Republik. Kenapa begitu? Karena di situ jelas-jelas disebutkan bahwa film ini terjadi masa pemerintahan presiden Obama, dan salah satu karakter baru yang ada di film ini adalah Galloway, seorang liaison menyebalkan yang selalu membawa-bawa otoritasnya sebagai utusan presiden. I might be reading too much into this, tapi karakter ini begitu menjengkelkannya, gue sampe berpikir, Michael Bay menciptakan 'utusan presiden' ini menyebalkan karena keputusan presiden yang menyebalkan. Di satu adegan, bahkan si utusan presiden ini mempertimbangkan menyerahkan Sam Witwicky kepada para Decepticon sebagai strategi mengedepankan diplomasi.
Membawa semangat film pertama yang mengagung-agungkan mobil Amerika, film ini lagi-lagi menampilkan mobil-mobil baru keluaran GM. Si kembar Autobot, Skid dan Mudflap, berubah menjadi Chevy Trax dan Chevy Beat. Jolt, juga seorang Autobot, berubah menjadi Chevy Volt. Satu-satunya mobil non-GM yang keren, Audi R8, dijadikan Decepticon bernama Sideways. yang dengan mudah dimusnahkan oleh Sideswipe yang merupakan Chevy Corvette Stingray Concept di adegan pertama. American bastard! Let's try that in the Nurgburgring...
Masalahnya lagi, menurut gue, kebanyakan tokoh-tokoh baru itu tidak membawa arti apa-apa bagi cerita. Seorang Jetfire yang aselinya keren digambarkan menjadi Prime tua yang berjalan pun mesti memakai tongkat. Selain si kembar yang cuma buat lucu-lucuan itu, cuma Sideswipe yang kelihatannya membuat pasukan Autobot menjadi tambah tangguh. Padahal di bagian Decepticon, ada Constructicons, lima robot yang bisa berubah jadi alat-alat berat dan bergabung menjadi satu robot raksasa. Sayangnya kesemua robot-robot keren ini bisa dibilang cuma nongol sebentar dan tidak signifikan, karena screentime-nya udah diabisin sama dua bersaudara norak itu.
Belum lagi kehadiran robot Decepticon yang bisa menyamar jadi manusia. Ini yang menurut gue paling WTF. Kalo emang bisa menyamar jadi manusia, kenapa gak nyamar jadi presiden Amerika? Itu karena tokoh robot cewek ini cuma dibikin buat ngasih hambatan terhadap hubungan percintaan Sam dan Mikaela. Klise banget. Mikaela yang hubungannya udah kritis karena ditinggal Sam kuliah, mergokin Sam di tempat tidur sama cewek lain. Plis deh..
Ingat adegan di film pertama di mana potongan All Spark itu bisa membuat mesin penjual minuman atau henpon Nokia jadi robot? Nah, di film ini adegan itu ada lagi. Kali ini, korbannya adalah alat-alat dapur rumahnya Sam. Cuman yang gue heran, kalau para Transformers itu sebenernya adalah makhluk Cybertron yang dateng ke bumi dan mengambil bentuk mobil-mobil supaya bisa menyamar di antara manusia, robot alat-alat dapur itu apa? Kenapa tiba-tiba mereka bisa jadi Decepticon, dan dengan cerdasnya mengikuti Mikaela untuk merebut potongan All Spark padahal tidak satupun ada adegan robot-robot itu diperintah Megatron, atau Soundwave?
Dan Megan Fox. Oh Megan Fox.. Cowok yang nonton di sebelah gue pun gak henti-hentinya bilang sama pacarnya waktu si Megan Fox ini nongol di layar, "Cewek ini cantik banget yak...". Menurut gue sih, penampilan Megan Fox di sini cuma bisa dilewatin kalo dia telanjang di film berikutnya. Asli gue gak ngeliat fungsi dia di film ini selain ngasih bumbu sex appeal. Chemistry antara dia dan Sam pun kerasa kering, meskipun gue yakin para penonton banyak yang gak keberatan selama dia tetap terlihat seksi. Gue juga gak ngerti kenapa perempuan ini bisa bodinya bagus padahal selalu makan gorengan. Gak percaya? Liat aja sepanjang film bibirnya gak bisa mengatup dan kelihatan berminyak terus.
Intinya, film ini memang dibuat untuk lebih dari film yang pertama. Lebih lama, lebih besar, dan lebih memusingkan. Puja-pujalah tim special effectnya yang berhasil membuat film ini jadi meriah. Tapi selain itu, film ini begitu berantakan dari segi penceritaan dan logika ceritanya, dan itu datang dari gue yang penggemar film-film kacangan.
Sejak penayangan pertamanya, film Transformers ini booming luar biasa di Jakarta, sampe begitu banyak bioskop di Jakarta full berhari-hari sama orang-orang yang nonton film ini, sampe ada yang bilang ini film terbaik tahun ini, dan pada nonton lebih dari sekali. Karena itu, gue sebenernya berharap lebih. Dan gue agak kecewa. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kalo film ini dianggap tidak seperti film konvensional, tapi serangkaian gambar-gambar gila yang menghajar syaraf, Transformers Revenge of The Fallen ini brilian...