Jumat, 10 Oktober 2008

Kidum 8002 (part.4)




Karena sudah dekat, dari Jetis kita berpisah dengan rombongan yang lain dan terus menuju pertigaan Salaman belok kiri menuju Candi Borobudur. Tujuan yang diniatkan dari Jakarta ini tak lain dan tak bukan adalah karena kita ingin si Alif punya foto masa kecil dia pernah ke Borobudur seperti bapaknya dulu :D

Dan ternyata, penumpang gelap untuk perjalanan pulang, yaitu adiknya Dewi yang satu lagi, belum pernah ke Borobudur juga. Huh, pemudi Indonesia macam apa kau!

Dan seperti juga Yogya, Candi Borobudur dipenuhi orang-orang yang datang dari Jakarta, Bandung, maupun Bogor. Dan di sinilah gue merasakan beratnya jadi orang tua. Terutama pada saat anak gue tertidur pas kita udah ada di atas, dan gue harus menggendongnya sampe tempat parkiran. Beuraaattt.. :D

Besok paginya, kita kembali ke Jakarta, berangkat habis subuh, dan sampai 12 jam kemudian, perjalanan mudik taun ini melelahkan sekali buat supir antar kota baru seperti gue ini. Target tahun ini yaitu lebih banyak tujuan wisata termasuk wisata kuliner sudah cukup tercapai. Target dua tahun lagi, gue mesti mudik sambil membawa kamera yang lebih bagus, dan belajar teknik menjepret (pake karet kali) supaya laporan perjalanannya lebih ciamik... Ayo nabung dari sekarang, Haris!

Sampai jumpa di acara mudik dua tahun lagi!*






*taun depan gak mudik karena acaranya di Jakarta :P

Kamis, 09 Oktober 2008

Kidum 8002 (part.3)




Hari keempat, diisi dengan berjalan-jalan di Yogya. Sungguh menyesal! Di hari yang sudah merupakan hari kerja bagi sebagian orang itu, ternyata Yogya masih dibanjiri oleh pelancong dari Jakarta. Luberan itu membuat gue gak berselera masuk Pasar Beringharjo, cukup mencium aromanya saja dari luaran. Akhirnya kita cukup puas berenang di lautan manusia di sepanjang Malioboro, dengan hasil pampasan perang yang kurang maksimal. Capek-capeknya agak terobati dengan acara makan gudeg lesehan yang konon sohor di kalangan selebritis. Yang punya masih kerabat lagi, jadi sepertinya digratisin.. Asik :D

Besok paginya, kita balik lagi ke Magelang, lalu bertandang ke rumah salah seorang Bulik di dusun Jetis. Benar-benar dusun suasananya, bahkan di rumahnya yang masih berdinding gedhek itu, kamar mandi hanya berupa sumur yang dipartisi ukuran semeter lebih dikit. Untuk mencari kakus yang berair mengalir pun mesti ke rumah tetangga. Tapi di pekarangan rumah, berdiri kokoh musholla berukuran lumayan dari bata yang baru saja dipugar :D. Jalan aksesnya yang hanya pas satu mobil dikelilingi sawah menghijau begitu menyegarkan mata.

Kidum 8002 (part.2)




Hari kedua, pagi-pagi balik dari Yogya ke Magelang, tak lupa membawa oleh-oleh gudeg Wijilan karena kebetulan rumah sepupunya Dewi di daerah situ. Sesampainya di Magelang kita hanya leyeh-leyeh sampai keesokan harinya. Hari ketiga diisi dengan pertemuan trah Bani Falil di Secang. Kakak gue yang sebelumnya mudik ke kampung mertuanya di Bantul, bergabung dan menginap semalam di Magelang...

Mbesoknya, pagi-pagi sekali gue, Dewi, dan Alif meluncur ke Yogya buat mengikuti acara trah keluarganya Dewi (lupa namanya :D) di daerah Brosot, Bantul. Sungguh daerah perkampungan yang cantik, sayang gue keburu dehidrasi jadi lupa mengambil banyak foto...

Kidum 8002 (part.1)




Akhirnya niatan untuk kembali menyeksa mobil tua milik bapak kesampaian juga. Di hari lebaran kedua kemarin, gue, Dewi, Alif, dan Bapak, juga membawa penumpang gelap adiknya Dewi, bertolak ke Magelang untuk kembali bersua dengan sanak saudara. Alhamdulillah perjalannya lancar jaya. Lha bagaimana tidak, kita berangkat dari Jakarta jam tiga pagi, dan sholat subuh sudah di Cirebon. Asik kan? :D

Di tengah jalan, sempat mampir sebentar buat sarapan di sebuah restoran yang ternyata selain mahal, rasanya pun gak sukses. Setelah itu, seperti sudah menjadi kebiasaan, kita mampir di SPBU pemecah rekor Muri untuk sekedar menuntaskan keinginan ke kamar mandi yang bersih :D

Sekitar jam setengah dua siang akhirnya sampai juga di Magelang karena sempat terkena macet dari Secang. Kita mampir ke rumah Bude dan Pakde di pinggir jalan raya Magelang yang paling dekat. Bersilaturahmi, sambil bertualang ke sekeliling rumah, melihat di balik pintu-pintu misterius yang dulu waktu kecil gue gak pernah tau isinya karena suasananya spooky :D. Tadinya mau menginap dulu semalam, tapi karena si penumpang gelap itu cukup menyusahkan dengan mesti balik ke Jakarta tanggal 5, akhirnya setelah ngaso sebentar, malamnya langsung dilanjutkan ke Yogya, tentu saja disambut mancret di jembatan tempel yang sedang dibangun...

Selamat datang!

Seperti halnya matahari yang baru pulang dari mudik yang membawa sodara-sodaranya ke ibukota, gue pun baru semalam tiba di Jakarta.

Ya, akhirnya niatan mudik tahun ini kesampaian juga. Berangkat hari lebaran kedua, langsung menuju Magelang dan Yogya, dan kembali enam hari kemudian, acaranya diisi jalanan macet, cuaca yang panas, pusat perbelanjaan yang diisi orang-orang Jakarta lagi, dan jalanan macet (lagi). Lebih baik dari tahun lalu, tapi sekaligus lebih menjengkelkan...

Kelihatannya capeknya bakal awet selama setahun, jadi baru mudik lagi dua tahun ke depan :D. Cerita-ceritanya nanti deh, kalo dah sempet nyusun foto-fotonya :P

Maaf Lahir Batin, semuanya!