It turns out that the mall was haunted... Or at least that was what Alif might think.
Sabtu kemarin, sekalian syukuran ulang tahun istriku yang cantik jelita itu :D, kita sekeluarga pergi berbuka puasa bersama. Dengan tergesa-gesa kita memutuskan untuk pergi ke Grand Indonesia karena:
1. Kita mau ngajak si Alif ngeliat air mancur menari secara si Alif sungguh horny kalo ngeliat air mancur (dan juga balon).
2. Kelihatannya pengunjung mall tersebut bukan tipe orang-orang yang rela berdesak-desakan buat mengantri makan saat berbuka puasa.
Ternyata anggapan nomer dua salah besar, dan rencana mau makan di food court lantai empat akhirnya gagal karena tempatnya penuh orang sampe meluber berserakan di mana-mana :D. Akhirnya kita memutuskan buat mencari makan di lantai lima.
Kali ketiga kita datang ke mall ini, baru kali ini gue nyampe ke lantai lima. Ternyata lantai ini didekorasi sedemikian rupa sehingga menyerupai suasana luar ruang di kota new york (kata tulisannya, gak tau bener apa gak soalnya gue belum pernah ke new york :P). Lengkap dengan jalan beraspal dengan lubang manhole bercap departemen pekerjaan umum new york, tiang-tiang rel kereta subway, langit-langit bergambar bintang, dan pohon-pohon plastik. Di satu pojok menyerupai suasana di Jepang dengan jalan setapak dari batu, taman pasir dan pohon bunga sakura yang tentu saja plastik :D. Cukup lucu dibanding suasana di lantai bawahnya yang dingin dan minimalis.
Kita lalu berputar-putar mengelilingi lantai itu mencari tempat makan yang kosong. Si Alif kita dorong di keretanya sambil melihat-lihat suasana sekelilingnya.
Tiba-tiba kita melihat dia menelungkupkan dua telapak tangannya menutupi matanya. Kita yang menyangka dia sudah mengantuk lalu bertanya,
"Abang kenapa? Ngantuk ya?"
Tidak menjawab seperti biasanya. Alif diam saja sambil terus menutupi matanya.
Gue berusaha membuka tangannya, tapi dia sangat tegang dan memaksa terus menutupi matanya. Akhirnya gue menggendongnya dan membawa pergi sambil mulai berpikir yang tidak-tidak :D. Sesampainya di tempat makan dia kembali seperti biasa, tertawa-tawa girang. Dan gue pikir semua baik-baik saja.
Lalu selesai makan, kita bergegas menuju air mancur menari yang memang main setiap jamnya. Karena melewati tempat tadi, gue yang kuwatir menggendong si Alif. Dan benar saja. Selama digendong, Alif mendadak diam dan sibuk melihat-lihat ke arah atas. Sesampainya di pohon-pohon plastik itu, dia seperti kaget dan menyembunyikan mukanya di bahu gue, gak mau menengok meskipun kita panggil. Pikiran enggak-enggak gue makin menjadi dan gue bergegas melewati tempat itu.
Lalu tibalah pertunjukan yang dinanti-nantikan. Lampu-lampu dimatikan dan air mancur menari dimulai di jam delapan tepat diiringi lagu New York New York-nya Frank Sinatra (?). Si Alif yang tadinya masih takut mulai mengangkat kepalanya dengan penasaran. Dia takjub juga dengan permainan air dan lampu diiringi musik yang memang atraktif. Gue lalu menawarkannya buat duduk di atas pundak gue supaya melihatnya bisa lebih jelas. Si Alif mau dan gue menaikkannya ke atas.
Sambil melihat ke arah air mancur, Alif juga melihat-lihat ke atas dengan air muka cemas. Tak sampai dua menit kemudian, dia melihat ke arah atap di ujung ruangan, dan sontak minta turun. Gue kembali menggendongnya dan dia menyembunyikan mukanya lagi di bahu gue. Akhirnya sampai pertunjukan berakhir dia cuma mengintip dari gendongan gue. Setelah itu kita mengajaknya bermain ke Fun World supaya dia bisa melupakan rasa takutnya.
Sepanjang pulang, gue dan Dewi bertanya-tanya kenapa si Alif bersikap begitu. Baru kali ini kita melihat dia seperti itu. Si Alif gak takut gelap, itu pasti. Karena dia sudah terbiasa dengan gelap. Dan biasanya kalau dia takut, dia bakal menangis. Tapi ini dia cuma menutupi mukanya dan diam saja. Gue udah nyoba nanya apa yang dia liat, dia cuma bengong gak bisa menjawab.
Gue emang awam soal beginia, tapi mungkin dia memang melihat sesuatu di sana. Mungkin juga enggak, siapa yang tau. Si Alif sebelumnya datang ke situ juga biasa ajah, meskipun emang gak sampe lantai lima. Tapi mungkin gue gak bakal ngajak dia ke sana dalam waktu dekat ini. Sebagai gantinya gue mau mengajak temen gue yang katanya bisa melihat makhluk halus, mungkin akan lebih seru :D
PS.
Dan kekatro'an gue berulang. Gue mengajak dewi, ibu mertua dan adik ipar berputar-putar mall karena gue gak bisa menemukan tempat parkirnya :D
hihihihihi samaa.. anak gw juga gitu, sampe kubah mesjid dia pikir balon yg buesaaaaaaarrrr.. :p
BalasHapushiiiii.....bener kali ris, alif pasti liat hantu mall. Itu hantu cewe yg kegencet waktu lagi ada sale. Tapi alif ga sampe nangis krn tampang tuh hantu ga nyeremin, tampangnya bahagia krn saat mati kegencet, dia sedang megang sepatu yg udah lama dia incar.
BalasHapushummmm... masuk akal sih kalo 'berhantu' scara drdulu emang gosipnya gitu khan. scara anak2 lebih sensitif
BalasHapuseh.. tp kalo udah ajak temennya yg bisa 'liat' kasi tau lagi yah hihihi pnasaran juga neh
eh jd inget jaman hany kecil dulu...pernah kayak gitu tuh pas liat kebon di depan rumah yg dulu itu...
BalasHapusbtw, baru tau aidan dipanggilnya "abang", bukan "mas"... :D
Iya, kan cucunya orang Bangka :D
BalasHapusanaknya kakak gue panggilannya mas dan mbak
anaknya adik gue panggilannya kakak dan adik
anak gue panggilannya abang dan... apa sih yang bener?
abang - adek...
BalasHapuskalo org2 pacaran sih begitu... :D
Uh oh. Bisa jadi emang ada penghuninya. Aku dan Donna sih biasanya kalau Aza tampak takut melihat sesuatu berusaha mengajak ngomong ke arah itu agar tidak mengganggu. Toh, kami (terutama Aza) juga tidak bermaksud mengganggu. (Namun, entahlah. Bisa jadi dia duluan yang di situ, kan? Berarti memang kita yang membangun mal dan mengunjunginya sembarangan itu memang mengganggu, sadar ataupun nggak.)
BalasHapusAtau teori favorit; mereka memang sengaja ada di situ sebagai penarik pengunjung supaya ramai :D
BalasHapusDengan asumsi, pengunjungnya bukan anak-anak sensitif seperti Alif, hehe.
BalasHapusJadi inget komiknya Oyas...
BalasHapusaduuhhhh gue pengen lat hantuuuu, liat ironman aja boseennnn
BalasHapus