Selasa, 30 Oktober 2007

BUS-F@*+!~*-WAY!!

Karena satu dan lain hal, akhirnya terpaksa semalam gue meninggalkan motor gue di kantor. Dan pagi ini untuk pertama kalinya gue naik busway dengan rute terdekat dari rumah gue, busway koridor VI Ragunan-Latuharhari.

Dan bukan perjalanan yang sukses juga bisa gue bilang. Perjalanan yang biasanya bisa gue tempuh kurang dari sejam dengan motor, akhirnya mesti dilalui satu setengah jam dengan busway, terhitung dari saat gue menjejakkan kaki di terminal Ragunan. Jumlah bis yang datang ternyata tidak berbanding dengan penumpang yang menumpuk di termilan Ragunan. Belum lagi mas-mas dan mbak-mbak para profesional Jakarta yang rapih dan wangi itu ternyata bisa berubah jadi barbar kalau sudah urusan mengantri. Tidak bisa tertib, dorong-dorongan seperti aliran moshing di konser metal, dan begitu ditegur petugas malah balik marah, "Mana bisa tertib kalo udah banyak orang begini? Panggil dong bis yang banyak ke sini, gimana sih?" :D Yang lebih menjengkelkan, adanya mbak-mbak yang ada di depan antrian dan menolak masuk ke bis karena dia sudah tidak dapat duduk. Mbak-mbak ini dengan sendirinya menghalangi orang-orang di belakangnya yang rela berdiri asal terangkut. Belum lagi, bapak-bapak yang dengan muka tebal ikut masuk bersama rombongan ibu hamil yang memang didulukan. Setengah jam di dalam halte tak berAC yang pagi itu terasa sekali sumuknya membuat gue melihat karakter orang yang aneh-aneh...

Setelah lima bis kemudian, akhirnya gue dan Dewi terangkut juga. Berdiri di dekat pintu belakang, Dewi optimis bisa sampai tepat waktu ke kantor empat puluh lima menit lagi. Harapan itu kemudian pupus lima menit kemudian setelah melihat betapa jalur busway sepanjang Buncit sudah dipenuhi oleh motor, mobil pribadi, dan bis-bis yang mau ikutan bebas hambatan. Jadilah kita menghibur diri dengan membahas hal hal retoris yang sebenarnya tidak perlu dibahas karena gak ada juntrungannya, semisal kenapa orang Indonesia sulit sekali diajak tertib, kenapa kemacetan jakarta sulit sekali diatasi, kenapa Dhani Ahmad begitu menjengkelkan, kenapa gue sampe sekarang tidak boleh memelihara kumis, dan sebagainya.

Gue yang gak punya jam masuk kantor akhirnya santai-santai saja, tokh begitu gue sampe tetep gue jadi yang paling pagi :D. Yang mengganggu pikiran gue adalah gue gak bisa menghilangkan ingatan gue akan Sutiyoso yang membanggakan proyek busway sebagai salah satu kesuksesan masa pemerintahannya. Sepertinya Sutiyoso naik busway cuma pada saat peluncurannya dulu dengan jalanan lengang dan dijaga polisi. Sutiyoso dan orang-orang yang memberinya award pasti belum pernah naik busway seperti ribuan warga Jakarta setiap harinya. Busway buat gue jauh dari sukses karena belum bisa memenuhi janjinya mengurai kemacetan. Kurangnya armada, kurangnya angkutan-angkutan feeder, sampai fasilitas di terminal membuat agak sulit memaksa warga Jakarta beralih dari kendaraan pribadi yang lebih fleksibel ke busway yang sulit diandalkan. Jangan ngomong soal koridor enam, koridor satu yang legendaris pun tak serta merta bebas masalah. Menurut hemat saya (cih, kaya pejabat aja :P), seharusnya pemda DKI memfokuskan untuk membenahi koridor-koridor yang ada dulu sebelum tergopoh-gopoh bikin macet dimana-mana dengan membangun koridor busway baru. Kalo Busway sudah terbukti menepati janjinya yang mengurangi kemacetan dan tidak merusak lingkungan, mestinya warga Pondok Indah, Sunter, dan calon terlewat busway lainnya tidak akan menolak kehadiran Busway ini...

Ngomong-ngomong, Pak Sutiyoso kan sekarang udah jadi warga sipil, ayo dong kemana-mana naik busway, sambil promosi gitu.. :D

19 komentar:

  1. sutiyoso naik basweiii?

    noooo weeeiii ...

    BalasHapus
  2. selamat datang di negeri yang diurus para pensiunan tentara... hehehehe... (yg muda cuma dijejali dan gak pernah dikasih kesempatan...)... :)

    BalasHapus
  3. Sukses dr segi apanya yaa??? segi kegagalan sih bener bgt!!!
    Drpd keliling kampanye naek kereta kencana, mending cobain busway hasil kegagalan karyanya atau naek mobil pribadi tanpa pengawalan... coba rasakan 'kenyamanannya'....

    BalasHapus
  4. baru tau nih ya mas haris naek busway itu gimana... coba deh di terminal transit harmoni.. lebih neraka lagi...
    tapi ya dengan adanya busway itu ada enak dan ga enaknya koq, bagi gue yg sehari2nya nggak bawa kendaraan ke tempat kerja, busway itu sangat membantu sekali... pernah waktu gue jadi pengemudi, laler2 yang namanya motor itulah yg sangat mengganggu perjalanan gue...
    coba semua yg naek mobil disuruh naek busway (tentu saja dengan yg pelayanan yg sudah rapih), pasti jakarta luamayanan ga macet deh..

    BalasHapus
  5. Nah disitulah masalahnya dik Andy. Apakah semudah itu menyuruh para pengendara mobil itu pindah ke busway? Apalagi banyak kaum pekerja Jakarta itu bertempat tinggal di pinggiran Jakarta, padahal busway hanya mencapai daerah-daerah pusat Jakarta.

    Sedangkan untuk mengatasi masalah lalat (dan serangga lainnya), digilas saja :D

    BalasHapus
  6. digilas? bukannya ditepok mas? hihi...

    namanya juga jakarta, cari makan susah, nyari tempat tinggal juga susah, nyari kerjaan juga ke jakarta... semua juga ke jakarta... jakarta.. jakarta... *apasih* :D

    BalasHapus
  7. yaaaaa mo ngomong apa ya anj...... atau ng........ terserahlah anj....... :D hihihihihi......

    BalasHapus
  8. Ris...Ris.....gw pernah ketemu Dewi di busway.......(gak nyambung yak....)

    BalasHapus
  9. Sekalian cobain naik kereta sarden deh, Ris. Dari pasarminggu aja ke stasiun terdekat. Jadi lengkap pengalamannya, hihi.

    BalasHapus
  10. Wah, sudah pernah kak Isman. Dan sampe sekarang kapok gara-gara kakiku yang setengah ada di luar kereta menyambar peron stasiun kalibata. Dalam keadaan hampir pingsan karena sakitnya, dompetku dicopet di stasiun tebet. Lengkap deh :D

    BalasHapus
  11. Sekarang kaki lu dari titanium?

    BalasHapus
  12. Gak tuh Roel, padahal kayanya bakalan keren ya :D

    Wah kalo lu ada di situ Roel.. Temen gue dan orang2 segerbong aja pada denger bunyinya, "BLETAKKK!!" Tau2 gue liat orang sebelah gue yang sama2 gelantung di luar kakinya sobek memanjang ngeluarin darah...

    Kapok berat...

    BalasHapus
  13. Gue sering gelantungan di pintu gak sampe gitu2 amat, walau pernah liat orang geletakan di peron dengan kaki sebatas lutut putus...

    BalasHapus
  14. Ya sebelumnya juga gue sering naek kereta sarden itu baik2 aja Roel :D Cuma sekali itu ciloko dan gak mau lagi deh..

    BalasHapus
  15. Begitulah. Aku juga jadi males setelah ada yang jatuh menggelinding (masih utuh sih, tapi tetap tewas) di dekat rumah ortu di pasarminggu.

    BalasHapus
  16. ckckckck... sangat mengerikan... gue pilih naik bis patas atau taksi putra aja deh... jam kantor flexible ini :D

    BalasHapus
  17. tu lah..
    gw agak pengen ngajak ardi naek kendaraan umum.. kayak bis dan kereta jabotabek...
    tapi setelah dipikir2 lagi.. bajaj aja deh! ^^;

    BalasHapus