Kamis, 15 Februari 2007

Argh! Singkirkan dia dari pandangan gue!

Akhir-akhir ini gue sering sekali dihantui oleh wajah sesosok pria. Wajah itu bertebaran di mana-mana, di tembok kosong, di spanduk-spanduk, bahkan di televisi. Pria yang nampaknya berusaha untuk terlihat simpatik itu memberi ucapan selamat tahun baru, mengajak orang mendonorkan darahnya, sampai mengajak warga Jakarta untuk memperhatikan nasib anak-anak yang putus sekolah.

Pria itu adalah Adang Daradjatun.

Dan buat gue yang tidak gawul ini, kontan gue bertanya, "WHO THE HELL IS ADANG DARADJATUN?" Lalu setelah browsing kecil-kecilan, gue mengetahui bahwa bapak ini adalah wakapolri yang (saat ini) masih aktif, ketua PB PABBSI yang bertekad membuat lifter Indonesia berjaya di Asian Games, ketua PPDI (Perhimpunan Donor Darah Indonesia) yang sempet gue salah kira dia ketua PMI, sampai ketua perhimpunan Kerukunan Warga Jakarta yang... euh, ini organisasi apa ya?

Kenapa dia akhir-akhir ini begitu getol nongol di media? Oooh, ternyata dia adalah salah satu cawagub dari DKI Jakarta pada periode pemilihan tahun ini. Lho, emang udah mulai masa kampanye? Itu dia masalahnya... Ternyata buat do'i ekspos media sedemikian heibat itu adalah bukan kampanye terselubung. Itu adalah hal yang wajar-wajar saja. Sama wajarnya ketika ia membuka turnamen sepakbola 'Adang Daradjatun Cup' yang bertujuan agar 'wajahnya dikenal orang'. Apa pentingnya wajahnya dikenal orang? Kalau hubungannya dengan pemilihan gubernur bukannya itu sudah termasuk kampanye?

Buat gue yang masih hijau dalam dunia adpertensi, seyogyanya iklan yang baik dibuat berdasarkan insight dari targetnya, sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah sampai, sukur-sukur dilakukan oleh si target. Iklan menggunakan public figure sebagai endorser pun tidak serta merta lebih mudah berhasil karena kemungkinan orang akan terlalu fokus pada si public figure sehingga tidak terlalu memperhatikan pesannya. Ini resiko. Tapi sepertinya dalam kasus iklan-iklan tokoh ini resiko ini justru disengaja. Iklan membawakan pesan-pesan yang terlalu klise atau bahkan gak jelas (dan lebih sering gak penting), yang penting si tokoh menjadi center of attention. Wajar? Bisa jadi kalau kita ingat bahwa tujuan dari iklan tidak berarti sama dengan pesan yang disampaikan.

Dan lagi, iklan menggunakan endorser biasanya dipilih public figure yang punya pengaruh di masyarakat, punya basis massa, dan yang terpenting, omongannya dipercaya. Mungkin ini sebabnya di tivi kita lebih banyak iklan berbintang selebritis dan pelawak daripada politikus. Karena selebritis dan pelawak lebih bisa dipercaya daripada politikus, heheheheh....

Dan Adang Daradjatun bukan satu-satunya yang bersalah dalam hal ini. Beberapa waktu yang lalu gue juga melihat iklan tivi berbintang Sarwono Kusumaatmadja yang beradegan seperti petugas SAR yang serta merta menolong keluarga yang rumahnya tertimpa bencana. Lagi-lagi pesan yang ia sampaikan tak jelas, yang lebih gue ingat hanya ekspresi wajah Pak Sarwono yang datar dalam adegan yang seharusnya penuh aksi tersebut. Kayanya dia ngomong soal apa yang mesti diselamatkan dalam bencana. Oh, ternyata doi juga mau mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI... ya, ya, ya... Atau satu lagi, pemasangan foto dengan pesan anti narkoba* dengan wajah Fauzi Bowo di tiap ujung gang di Jakarta (yang entah kenapa fotonya selalu mengingatkan gue pada sosok Hitler, tapi mengenakan batik). Betapa mereka-mereka ini rela mengucurkan uang yang tidak sedikit (uang pribadi? asalnya dari mana?) supaya 'wajah mereka lebih dikenal'.

Sekarang apakah hal-hal seperti ini bisa mempengaruhi keputusan gue dalam pemilihan gubernur DKI yang katanya akan langsung itu? Sejujurnya tidak. Gue malah kehilangan simpati pada orang-orang yang gue anggap 'licik' dan tidak etis seperti ini. Belum jadi gubernur aja sudah main akal-akalan, bagaimana dia bisa dipercaya jadi gubernur? Kalo nanya gue, dalam pemilihan gubernur nanti gue maunya mencoblos foto Pak Sutiyoso. Gue mau mencoblosnya berkali-kali. Setelah sebelumnya membaca jampi-jampi voodoo tentunya...

--------

*kok gue jadi teringat joke ini:
"Dalam kampanye anti narkoba yang digalakkan pemerintah, siapa yang paling terkenal?"
"Jawabannya, yang paling terkenal adalah Seno. Nama lengkapnya Seno Tudrag."
Halah! :P



14 komentar:

  1. Calonin Haris aja deeh jadi gubernuurrr.. =P
    Ris, nggak ngerti ni joke-nya.. maksudnya Seno Tudrag?

    BalasHapus
  2. ugh.. maksutnya, kampanye anti narkoba di sini kan slogannya dari dulu itu-itu aja: Say No to Drugs.. ^_^

    BalasHapus
  3. Gyaaaaahaha.. gue kelamaan di sini jadi nggak ngerti joke intelektual orang Indo.. gue dari tadi mikir, apa main acak huruf, gue mikirnya Senator Drug, tapi di Indonesia mana ada senator?

    BalasHapus
  4. Kakakakakak, buat yang sudah lama merantau dan gak dengar plesetan ala Yogya memang membingungkan.. :P

    BalasHapus
  5. kyahahahaha... esmosi jawa ya Ris :p

    padahal uangnya buat bantu korban banjir aja ya? pasti mereka inget...

    kalo misalnya satu spanduk untuk sebulan harganya 10 juta, dia beli ember plastik sama mie instant dapet berapa truk tuh, terus bawa deh mengunjungi korban...
    kali berapa titik dia pasang kayaknya 50%an wilayah DKI udah ter-cover dan dia bisa bersentuhan langsung dengan penduduknya..

    atau kalo emang mau licik, ya licik yang berguna deh... bangun jalan2 di gang yang becek, namain deh tu gang pake nama dia... manfaatnya lebih berasa... terus benerin genteng SD yang ambruk... bersihin sampah kali ciliwung... begitu deh...

    gimana kotanya mau bersih ya kalo pemimpinnya enak2an di dalam mobil mewah tanpa ngerasain sampah itu baunya busuk... jalan di jalanan yang gegajlugan tuh bikin sakit perut de el el..

    hehehehhe
    HIDUP HARIS! CALON GUBERNUR KITAAA :D

    BalasHapus
  6. kalo mas haris jadi Gubernur Jakarta...dijamin rakyatnya chubby semua =)
    makmur sejahtera nan sentosa...

    BalasHapus
  7. ..sok tau ya? Emang. Gue banget.. ^_^

    BalasHapus
  8. asal suply donat gratis selama lu menjabat gubernur, gua dukung dah.. XD

    BalasHapus
  9. iya, g juga bingung nih 'ris? zaman edan nih... semua orang udah merasa mampu mengemban amanah... gila ya mereka... di amanahin duit 6 ribu aja g suka beli bokep... ini mau diamanahih tugas ngatur rakyat... jadi panutan tuh susah... tapi sekarang semua orang maunya jadi panutan... abis enak kali ya... serba gratisan... :)
    hidup seno!

    BalasHapus
  10. Makanya bangardie, bokep itu minjem ato ngopi dari temen aja, gak usah beli... haram hukumnya! :P

    BalasHapus
  11. Buset... masih ada ya bokep 6 ribu perak di zaman gini?

    Beli di mana? (dzig!)

    BalasHapus
  12. Monyet apa yang paling serem?

    Monyetel bokep ketauan ortu...

    BalasHapus
  13. kayanya di ambassador ato di mangdu banyak, cuman kagak tau mana yang bagus.. Mungkin bangardie bisa memberi reviu dan rekomendasi ^_^

    My, ketahuan ortu serem? Ketahuan anak yang gimana?

    BalasHapus