Alkisah di sebuah agensi adpertensi di bilangan Jakarta Selatan, duduklah seorang pengarah seni yang sedang kebingungan. Sebut saja namanya Haris. Haris sedang kebingungan, pasalnya ada pekerjaan mendesain packaging dengan deadline segera. Padahal pada saat yang bersamaan ia sedang disibukkan dengan kampanye promosi kliennya yang lain. Dua-duanya sama-sama penting, tapi ia tidak bisa menyelesaikan keduanya bersamaan.
Tiba-tiba turun putusan dari atas, panggil freelancer! Sang direktur kreatif langsung mengajukan satu nama; panggil Sukoco (bukan nama sebenarnya)! Haris dan yang lain mengerenyitkan kening, Sukoco pernah mereka gunakan tenaganya, dan waktu itu cukup mengecewakan. Untuk mencari kandidat lain, jadilah satu kantor sibuk mencari freelancer yang cakap mendesain packaging. Sekali lagi ini account penting, jika kita gagal, kemungkinan account ini bisa dioper ke agensi lain. Hah? Seenaknya sekali! Memang begitulah klien penting, always act as delicious as his belly (selalu seenak perutnya sendiri-red)....
Beberapa nama disortir hingga tinggal dua nama, dari dua nama itu salah satu dipanggil untuk dibrief. Wah, meyakinkan sekali. Diluar portfolionya, si calon ini meyakinkan kita untuk terima beres saja. Mereka akan mengurus desain dan alternatifnya, revisinya, hingga printing dan mockupnya untuk menjaga kualitas. Alhamdulillah, akhirnya Haris merasa lega. Sore it si calon dibrief mengenai pekerjaan desain packaging yang penting tersebut...
Tapi memang, dunia memang tidak pernah berlaku adil....
Sorenya sehabis si calon freelancer pulang, Haris dikabari lewat SMS bahwa harganya tidak masuk. Sehingga diputuskanlah, panggil Sukoco (bukan nama sebenarnya)! Membayangkannya saja membuat Haris terkena migrain kiri dan kanan sekaligus. Ya ampun, nekat sekali! pikirnya. Tapi ya sudah lah, keputusan dari bapak pimpinan sudah demikian. Mana tau Sukoco sudah lebih baik dari terakhir dia bekerja dengan kita.
SALAH!! Sukoco adalah Sukoco. Sekali lagi dia mendeliver pekerjaan yang mengecewakan. Haris berpikir, desainnya sendiri juga gak bagus bagus amat, tapi apa salah dia berharap seorang freelancer seperti Sukoco bisa bekerja sesuai bayarannya, which is menurut Haris sudah cukup lumayan... Review pertama, jelek. Review kedua, gak lebih bagus juga. Padahal hari presentasi semakin dekat. Bahkan membuat logo prodak pun sangat amatiran. Kesalahan typo yang fatal masih terjadi. Warnanya tidak menggairahkan. Dan parahnya, dia selalu membawa hasil kerjanya dalam format pdf yang dikompres tinggi sehingga kualitas cetaknya kabur. Perasaan Haris makin gak enak. Lalu ia teringat dulu pernah memulai pekerjaan ini tapi tidak selesai. Setidaknya sempat bikin logo dan background. Haris mencetaknya dan menunjukkannya pada bapak pimpinan. Bapak pimpinan setuju dan file itu dipakai untuk kemudian dilengkapi oleh Sukoco sesuai briefnya...
Sehari sebelum presentasi, Sukoco kembali datang ke kantor. Kali ini menitipkan CD, lalu pulang. Begitu dibuka, ternyata oh my dogness, warna yang sudah dibuat benar jadi salah lagi, pembuatan perspektifnya ngawur, dan pemilihan tipografinya masih acak-acakan... Lalu sebuah kabar tersiar, bahwa jadwal presentasi dimundurkan sehari. Apa yang dikatakan bapak pimpinan?
"Alhamdulillah, kita jadi masih ada waktu untuk memperbaiki desain yang dibuat Sukoco."
Kok Alhamdulillah? Kita yang dimaksud tentu saja Haris si pengarah seni. Jadilah dia lembur (lagi) hingga malam untuk memperbaiki desain Sukoco, setelah itu selesai kemudian mesti dicetak dan dimockup untuk dipresentasikan besok...
Sambil bekerja, Haris berpikir keras. Desain logo dan background buatan dia, layout dibongkar lagi oleh dia. Dia yang mencetak. Dia yang memock-up. Kenapa jadi Haris yang mengerjakan hampir semuanya? Lalu Sukoco dibayar buat apa? Kok ya bapak pimpinan pengarah kreatif tidak mempush Sukoco buat menyelesaikan tanggung jawabnya? Padahal dia kenal betul Sukoco, ingat dialah alasan utama Sukoco bisa mendapat job ini...
Benar-benar kantor yang aneh...
"Benar-benar kantor yang aneh..."
BalasHapusjadi ingat kantor saya yang lama juga...
sungguh aneh juga, memang... :p
sukoco yang aneh...... pengarah kreatif yang aneh...... keanehan yang aneh..... aneh semua aja deh !!!
BalasHapusBelly licious ... :p
BalasHapuskalo kata orang bin ya ris, "sukabumikan saja sukoco itu..." gila, bikin orang gila jadi tambah ga waras kaliii...
BalasHapusWah, Dien, kenal orang BIN yang menerima pesanan Sukabumi? ^_^
BalasHapusWah.. wah.. wah.....
kaya makanan pinggir jalan....murah meriah...mencr*t....skrg lo lagi nikmatin nongkrong di wc...ya what u pay is what u get...payah nih kantor.....*jeritan hati
BalasHapusGak murah juga sih Neesh, konon bayarannya untuk proyek ini lebih besar dari gaji gue sebulan.... tragis bukan?
BalasHapusnaaaaajos.....kaya kemaren ada freelance creative yang katanya dpt spuluh jeti aja gtu utk bbrp hr dengan kerjaan yang ga bagus2 amat.....udah deh mending jadi freelance ajaaaa....:<
BalasHapusemang ktr lo dimana sih ris? :P
BalasHapuspastinya sih di atas kantor adpertensi laen yang tobh banget
BalasHapusdi bilangan kuningan ...
BalasHapus