Senin, 25 September 2006

Puasa, tapi kok...?

Semalam, di televisi tertayang sebuah berita. Di kota Padang, satpol pp merazia warung-warung makan yang masih buka di siang hari. Ibuku, yang juga menonton berita itu bilang, "Nah ini dia yang aku gak setuju. Orang puasa kok minta dihormati."

Trus gue pikir-pikir lagi, perkataan ibu ada benarnya juga ya. Lha puasa kan ibadah. Ibadah yang personal sebenarnya, yang mana kualitasnya bergantung pada pribadi masing-masing orang yang menjalankannya. Dan puasa juga bukan sekedar menahan lapar dan haus, tapi juga hawa nafsu lainnya. Jadi kalau misalnya ada orang makan di depan kita, apakah kita harus menghukum kita karena 'tidak menghormati' kita yang sedang beribadah, atau kita malah harus memperkuat iman kita dan menganggap itu sebagai cobaan dan bagian dari ibadah?

Gue percaya bahwa rasa hormat itu semestinya didapat, bukan dipaksakan. Seorang boss gak bakal dihormati karyawan semata-mata karena dia berjabatan tinggi, tapi mestinya karena dia mengayomi dan memberi contoh dan teladan yang baik. Bukankah akhlak yang baik itu salah satu tujuan kita berpuasa juga? Makan dan minum, termasuk melakukannya di muka umum, adalah hak setiap orang, terutama orang yang tidak berpuasa. Jika mereka memutuskan untuk tidak melakukannya di depan kita demi menghormati, itu baik. Itu toleransi, karena didasarkan pada kesadaran. Tapi pada saat toleransi itu dipaksakan, jadi apa namanya?

Ini termasuk juga razia terhadap tempat hiburan selama bulan puasa. Menurut gue ini aneh. Kenapa kok cuma pada bulan puasa? Kalo memang peraturannya jelas, dan tempat hiburan itu melanggar peraturan, ya mestinya gak bulan puasa pun bisa ditindak. Apa karena buka terlalu malam saja bisa mengakibatkan sebuah tempat hiburan dirusak massa? Apa Islam pernah mengajarkan itu ya?

Semestinya toleransi yang didasarkan kesadaran bisa timbul kalau itu berlaku dua arah. Apakah misalnya, kita bertoleransi dengan menghentikan semua kegiatan, termasuk kegiatan perekonomian pada saat umat Hindu merayakan Nyepi? Hindu termasuk agama yang diakui di negara kita lho... Nggak kan? Apa karena umat Islam adalah mayoritas (dibandingkan umat Hindu, misalnya) di negeri ini sehingga berhak memaksakan toleransi itu? Kok jadi masalah lebih banyak ummat siapa ya? Kirain tadi puasa itu ibadah, yang mestinya dilakukan dengan tawadlu...

Hmm...



13 komentar:

  1. waduh... aa haris kayaknya bakal sgra menyusul aa ogie...

    BalasHapus
  2. Gw nonton tuh ris berita itu, heran, maksudnya ya kok kaya maksain utk menghormatin..kalopun yg islam yg makan disitu biarlah mereka menanggung, dan lagian kt bukan negara islam toh..

    BalasHapus
  3. that's the point! kita bukan negara islam!!

    BalasHapus
  4. Eh, sabar Ga... sabar, jangan ngamuk gitu, sabar... udah, minum dulu, minum... ^_^

    BalasHapus
  5. yuk kita minum udara puasa ini...hehehehe

    BalasHapus
  6. Ada nggak sih, hukum islam yang melarang orang muslim menjual makanan di siang hari saat bulan Ramadhan ?..

    Seharusnya tidak perlu ada razia, ganti saja aturannya dengan mewajibkan seluruh penjual makanan menutup usahanya agar tidak terlihat langsung dan memasang pengumuman bertuliskan :

    "SEBELUM ADZAN MAGHRIB, KAMI HANYA MELAYANI WARGA NON MUSLIM DAN MUSLIM YANG TIDAK WAJIB BERPUASA"

    Masalah dosa, itu urusan masing-masing pribadi dengan Allah ..

    BalasHapus
  7. Caranya jualan gimana, Mas? Liat katepe dulu baru boleh beli? :P
    Toh serapat apapun dagangan kita ditutup, kalo seorang muslim memutuskan buat tidak berpuasa dan tetap membeli makanan itu, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah? Apakah lantas kita mesti menyalahkan si penjual karena menjual makanan?

    Bener mas, dosa dan pahala itu tanggung jawab dan hak masing masing pribadi... Karena itu kupikir sebaiknya kita berkonsentrasi mengkhusyukan ibadah kita daripada mengatur cara beribadah orang lain, apalagi sampe melarang orang mencari nafkah..

    BalasHapus
  8. wish it were that simple ...

    Gimana dengan hadist yang mengatakan bahwa, 'apabila kamu melihat kemaksiatan rubahlah dengan tanganmu, jika tidak bisa dengan tanganmu rubahlah dengan mulutmu, jika tidak bisa dengan hati- sesungguhnya itulah selemah-lemah iman."

    satu lagi:
    seorang laki-laki
    1.ibunya
    2.saudara perempuannya
    3.istrinya
    dan satu lagi lupa...
    artinya kalo itu salah satu berbuat dosa dengan sepengetahuan si laki...dosa nggak jadi begitu personal lagi ...

    terlepas dari tulisannya haris lho...
    :D

    BalasHapus
  9. setuju ris...gue bingung aja kalo pedagang2 yg jualan bakso dan makanan di siang hari di suruh tutup sama pol pp...emang pemerintah mau gitu ngasih pesangon THR buat pedagang2 itu? wah gue heran asli heran....
    dan kalo emang yg puasa kegoda sama jualan...bukan salah pedagangnya...tapi salah yg puasa...kenapa imannya ga kuat......wong namanya juga puasa......liat makanan aja ga kuat apa lagi nahan nafsu yg lain. (jujur sih...gw pun puasanya blom sempurna)...tapi ya kalo ada orang ngerokok d depan gw...yo ben toh....(red:biarin aja) yg penting gw ga kegoda sama tuh org yg ngerokok!

    emang udah aneh nih dunia.....! udah ga logis....segala sesuatunya pake egoisme SARA! apa emang dah pantes dunia kita kiamat? kayaknya....deh.....tanda2nya dah banyak banget soalnya...!!

    BalasHapus
  10. Gue baru liat di 'saksi mata' semalem. Pol PP itu gak cuma merazia pedagang aja, tapi juga menyita barang bukti berupa, yak... masakan!

    Jadi begitu mereka melihat warung yang dicurigai buka, mereka masuk dan menyita semua masakan yang ditemukan di dalamnya. Gue gak tau bagaimana mereka membedakan masakan yang dijual sama yang mau dimakan yang punya rumah. Anak yang punya warung sampe nangis karna ketakutan. Konon kabarnya tindakan itu menyusul surat edaran walikota Padang yang melarang pedagang makanan berjualan di pagi dan siang hari untuk menjaga 'kesucian' bulan Ramadhan...

    Menjaga kesucian Ramadhan dengan melarang orang berdagang? Hmmm... guru ngajinya siapa ya...

    BalasHapus
  11. .. dan waktu buka puasa pada nggak bisa makan karena masakannya udah disita?

    BalasHapus
  12. Namanya pemaksaan pak.
    Ini tulisan yang jujur dan menyentuh. Salam kenal ya.....

    BalasHapus