Pelan-pelan kunaikkan sepeda motorku ke lantai teras. Lalu aku beranjak ke pintu pagar untuk menguncinya. Mulutku masih berdendang mengikuti lagu yang mengalir dari earphone yang tersambung dengan henpon-ku. Lalu aku mencari kunci pintu depan di kantung tasku yang isinya entah apa saja. Saking sibuknya, aku tak melihat ketika sebuah sosok muncul di hadapanku.
"Astaghfirullah!" aku meloncat kaget. Istriku, yang hanya terlihat samar-samar karena gelapnya ruang tamu, ternyata sudah membukakan pintu.
Ia pun cemberut. "Heheheh, maap, kamu ngagetin nongol di gelap-gelap dan berambut panjang begitu." kataku.
Istriku mencium tanganku dan mengunci pintu depan. Ia menawariku minuman hangat. "Kopi mau deh." jawabku. Aku pun naik ke atas duluan untuk mengambil baju dan mandi. Sesudahnya, segelas kopi hangat sudah tersedia di depan kamar. Aku mengambilnya dan masuk kamar menyusul istriku.
"Kok baru pulang jam segini?" katanya sambil melirik ke jam dinding bergambar tokoh game Virtua Fighters. Sudah setengah dua. "Iya. Tadi aku udah mau pulang. Udah matiin komputer. Eh, ada kerjaan masuk lagi, ternyata buat besok. Ya sudah kukerjain dulu. Tau-tau udah jam segini aja" jawabku sambil nyengir dan meletakkan gelas kopi yang sudah kosong di atas lemari.
"Kok begitu terus sih?" kata istriku bernada setengah merajuk. "Udah berapa hari ini kamu pulang jam segini terus, emangnya gak capek?"
"Ya capek sih, lihat nih. Kantong mataku punya kantong mata" jawabku menirukan salah satu dialog dari film Spongebob.
"Aku sebel sama kantormu itu. Kayanya kok gak punya time management yang bagus. Semua-semua serba mendadak. Semua-semua serba besok."
"Ya, gimana ya.. aku juga gak tau kenapa bisa begini. Kadang-kadang aku juga gemas dan pegel begini terus, belum lagi kalo aku inget anak-anak di rumah." kataku sambil berwajah sedih. Istriku pasti berpikir bahwa kalau suaminya mau ganti profesi, salah satu yang harus ia hindari adalah akting.
"Eh, ngomong-ngomong. Si Abang tadi udah mulai pinter baca lho. Tadi dia bacain buku cerita buat Adek. Lucu deh."
Kali ini aku jadi benar-benar sedih. Rasanya anak-anakku tumbuh tanpa sepengetahuanku. Akhir-akhir ini aku hanya bertemu mereka hanya pagi sebelum berangkat kerja.
"Emang kamu gak pernah ngomong sama bosmu, kok kerjaan kantormu sepertinya kacau balau begitu?" Tanya istriku lagi.
"Bosku tau kok. Keadaan kantor emang lagi begitu, mau gimana lagi?" jawabku. Rasanya menimpakan kesalahan tidak akan mengubah apa-apa. "Bersabar aja. Dibantu aja suamimu ini kalo lagi capek lahir batin begini."
"Dibantu apa?"
"Ya minimal didoakan supaya dapat pekerjaan yang lebih baik. Didoakan supaya diberi kesehatan supaya tetap bisa bekerja. Atau dibukakan pintu kaya tadi aja aku udah seneng kok." kataku sambil terkekeh.
"Huuuu!" Istriku kembali merajuk. Ia memang sebal kalau diingatkan dengan kebiasaanya yang kalau tidur sulit dibangunkan itu.
"Ya liat sisi baiknya aja. Itu berarti suamimu ini begini-begini masih jadi andalan karena diberi kepercayaan berbagai pekerjaan. Ada lho temanku yang di kantor kelihatannya santai-santai saja, tapi itu karena bosku emang gak percaya dengan hasil kerjanya. Kamu masa mau suamimu jadi kaya begitu?"
"Tapi" istriku membalikkan badannya dan menatap mataku dalam-dalam. "Kalau kamu emang kepercayaan kantor, kok gajimu gak naik-naik?"
Mataku melihat ke langit-langit seperti karakter film kartun yang sedang berpikir keras. Lalu menjawab,
"Tidur aja yuk. Aku ngantuk nih."
-------------------------------------------
Teruntuk istriku tercinta yang paling de bes di seluruh jagad raya (kecuali kalo lagi tidur :P)
Rabu, 20 April 2011
Langganan:
Postingan (Atom)