Senin, 24 Januari 2011

UFO is exciting :D

Fenomena crop circles yang (akhirnya) terjadi di Indonesia, tepatnya di Sleman, Jawa Tengah beberapa hari lalu akhirnya jadi berita yang menghebohkan. Karena fenomena begini tidak sering terjadi, maka spekulasi yang beredar mengenai sebab musabab benda bernama crop circles itu pun juga jadi beragam. LAPAN dengan haqqul yakin berpendapat bahwa itu adalah buatan manusia, sehingga mereka ogah repot-repot mengirimkan tim untuk menyelikidinya.. Pendapat yang gue hargai meskipun gue akan berterima kasih kalo LAPAN juga menunjukkan kepada kita cara mengerjakan crop circles berdiameter 70 meter dalam semalam. Dalam gelap. Mantan rektor ISI juga berpendapat bahwa mungkin mahasiswa (mungkin maksudnya mahasiswa ISI) yang membuat crop circles itu, mengingat mereka memang diajarkan membuat instalasi seni dari alam. Kepala Observatorium Bosscha malah berpendapat bahwa crop circles itu diakibatkan fenomena abu vulkanik dari Merapi, pendapat yang agak sulit gue terima karena terus terang agak sulit gue membayangkan prosesnya (mungkin itu sebabnya gue gak jadi ahli astronomi :D). Tentu saja anggapan klasik bahwa crop circles itu bikinan UFO yang lebih dominan.

Lalu saat kita sedang kebingungan, pertanyaannya yang mendasar adalah: apakah kita (sebaiknya) percaya adanya UFO?

Kalo gue yang ditanya, gue akan jawab iya. Bahkan gue tidak hanya percaya UFO (Unidentified Flying Objects), gue juga percaya USO (Unidentified Swimming Objects, cue to Seaquest DSV :D), atau UWO (Unidentified Walking Objects) atau semacamnya. Buat gue inti dari UFO atau apalah itu adalah U-nya. Unidentified. Bahwa sesuatu yang kita lihat itu tidak bisa kita identifikasikan, karena belum pernah kita lihat sebelumnya, bukan berarti dia tidak ada. Rasanya justru karena gue percaya sama Tuhan, gue jadi percaya bahwa semua itu mungkin. Dunia, apalagi alam semesta ini, teramat sangat luas sehingga bahwa ada hal-hal yang tidak bisa teridentifikasikan manusia adalah sangat mungkin.

Bagaimana dengan alien, kehidupan makhluk berakal di planet lain? Kenapa tidak? Memang manusia ini adalah makhluk paling berakal dan paling mulia di dunia, tapi rasanya kalau Tuhan mau menciptakan sebuah dunia di galaksi yang teramat-amat jauh (cue to Star Wars opening :D), dengan 'manusia'nya sendiri, tatanan kehidupannya sendiri, bahkan agamanya sendiri, kenapa tidak mungkin?

Terlepas dari logis tidaknya 'alien', buat gue kehadiran mereka dalam pemikiran sangatlah menarik dan menggugah pikiran. Bagaimana kalau memang para alien itu ada? Bagaimana kalau mereka datang ke bumi? Bagaimana kalau mereka berbentuk makhluk hijau bermata besar? Bagaimana kalau mereka berbentuk seperti manusia dan bisa terbang? Bagaimana kalau alien itu tidak bisa terbang, dan datang ke bumi dalam lewat teleportasi, dan mereka begitu jengkel karena sering dituduh jadi biang keladi kehadiran UFO? Bagaimana kalau mereka berbentuk seperti monster sehingga manusia jadi punya alasan membangun robot raksasa? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana?

Bagaimana kalau crop circles di Sleman tadi bikinan alien? Mungkin saja. Mungkin juga tidak. Daripada pusing-pusing berusaha membuktikan sesuatu yang gue tidak paham, mending gue menikmati bagaimana media sibuk memblow up kasus ini (seperti juga kalau ada kejadian lain :P) dan begitu sudah ramai, lalu muncul tudingan bahwa kasus ini adalah upaya pemerintah mengalihkan masyarakat dari isu kinerja pemerintah, kasus Gayus, pembangunan gedung DPR, maupun putusnya Anang dan Syahrini...

Sabtu, 22 Januari 2011

Karena terlalu berprasangka baik

"Ayah." panggil Aidan sambil menggambar.

"Kalo mobil rodanya berapa?"

"Empat." jawab gue sambil terus nonton tv.

"Enggak. Delapan."

"Empat. Delapan dari mana sih? Emangnya truk?"

"Bukan, mobil."

"Ya empat, dong."

"Delapaan!" Aidan mulai ngotot. "Coba itung deh.. Di depan berapa?"

"Dua"

"Belakang?"

"Dua."

"Samping kiri?"

"Hee...?"

"Kiri dua kan. Samping kanan juga dua. Dua tambah dua tambah dua tambah dua jadi delapaan!"

"...."

Minggu, 02 Januari 2011

Selamat tahun baru!

Posting pertama di tahun 2011, yay!

Kalau melihat ke belakang, rasanya setahun kemarin masih banyak kekurangan. Dari hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki diri sampai kurang perhatian sama orang lain. Mesti mengurangi bermalas-malasan. Agak merasa terganggu (atau tergugah) setelah membaca tulisan Zaim Uchrowi di kolom Resonansi Jumat kemarin, di tulisan yang aselinya sepertinya membahas Alfred Riedl dan PSSI itu, seperti mengingatkan gue kenapa gue suka leyeh-leyeh.. yaitu karena gue orang Indonesia :D Sebagai orang Indonesia yang hidup di negara beriklim nyaman dan makanan pokoknya nasi, memang butuh determinasi kalau mau berjaya.

Kalau melihat ke depan, sepertinya memang hidup tidak akan menjadi lebih mudah (emangnya siapa yang pernah bilang hidup itu mudah? :D). Sepertinya waktu untuk di rumah akan lebih tersita oleh pekerjaan. Mudah-mudahan di tahun ini, gue diberi cara mencari nafkah yang halal dan lebih baik, untuk gue dan keluarga. Mudah-mudahan lebih banyak bisa menemukan waktu (emang hilang ke mana? :P) untuk menulis di sini. Termasuk menyelesaikan drawing challenge yang kalau namanya diganti dengan 30 Weeks Drawing Challenge pun rasanya tetep gak bisa selesai tepat waktu :)). Selain itu, juga mesti lebih banyak belajar biar tidak ketinggalan sama anak-anak gawul jaman sekarang.

Tahun baru kemarin kita habiskan seperti tahun-tahun sebelumnya. Niatan membangunkan Abang Aidan buat melihat kembang api gagal total karena si Abang memilih buat ngintip lewat ujung mata dan tidur lagi :D. Untung liat kembang apinya cuma di rumah, gak pake ke monas atau tempat macet lainnya, misalnya.. Paginya, Dek Dafi merayakan kelulusan 6 bulan ASI eksklusif dengan makan bubur pertamanya. Habis itu gue dan Dewi berkencan menonton 'The Next Three Days', film pilihan Dewi karena dia pikir itu film yang fun-fun bo... Yang ternyata itu film yang cukup bikin tegang dan depresi sampai menjelang akhir. Untung filmnya lumayan bagus :D

Pagi ini, saatnya mulai kembali ke rutinitas. Abang Aidan sudah mulai sekolah memakai jam Ben 10 mainannya :P, sementara Ayah dan Ibunya mulai ke kantor dengan perasaan was-was karena si mbak pengasuh Dek Dafi belum pulang sejak kemarin. Yah, seperti gue bilang tadi.. hidup pasti menemukan cara buat membuat kita menjadi runyam, tapi katanya sih, gimana usaha kita mengubah runyam tadi menjadi sukses itulah yang membuat kita jadi manusia dewasa..

Ah, satu lagi, mesti mengurangi postingan gombal sok bijak kaya barusan. Gak pantes! :))

"Selamat tahun baru!", kata Dek Dafi :D