Rabu, 15 Juni 2011

Pulang.

Katanya, 'home is where the heart is'. Tempat di mana kita selalu bisa merasa nyaman. Tempat hati kita berpulang. Bisa jadi itu bukanlah bangunan fisik tempat kita tinggal sekarang, tapi tempat yang pernah kita tinggali dulu, yang memori tentangnya masih berbekas hingga sekarang. Bisa jadi itu bukanlah tembok dan atap, tapi orang-orang dengan siapa kita tinggal. Bisa jadi itu bukanlah tujuan setiap hari seusai beraktifitas, tapi suatu waktu di mana kita merasa bisa jadi diri sendiri. Setiap saat.

Sekarang coba pejamkan mata, dan bayangkanlah rumahmu.

Apakah itu cahaya matahari yang menyeruak dari kisi-kisi jendela setiap kamu bangun pagi?

Apakah itu aroma tubuh orang tuamu tiap kali kau mencium tangan mereka?

Apakah itu senyum pasanganmu tiap kali kau berpamitan dengannya?

Apakah itu tawa hangat sambil berkumpul di meja makan?

Apakah itu suara riuh rendah anak-anak yang berlarian dengan gembira di jalan?

Apakah itu kaus usang dan celana pendek, dan berguling di lantai bersama anak-anakmu?

Apakah itu suara kesibukan di dapur dan bau masakan rumah yang selalu tercium di jam yang sama?

Apakah itu orang-orang yang kerap datang ke rumahmu membawa cerita?

Apakah itu saat kau tertidur lelap dan merasa tenang karena orang-orang yang kau cintai ada di bawah atap yang sama?

Apakah kau sudah bersyukur bahwa kau dikaruniai olehNya rumah yang demikian?

Rabu, 11 Mei 2011

Dear son(s)..

Here's some wisdom daddy found on the internet, from some guy's blog or something. It doesn't matter that internet was full of junk and porn, I find that these are some things you might want to think about:

  • Start your retirement savings early, small amounts early become big amounts later
  • Share your life with someone with whom you share values
  • Spend every free moment with your kids when they are young … you will be surprised at how fast they seek independence at 12 or 13 and the regrets cut deep …
  • If you are an asshole, don’t procreate … the world already has its fill
  • Get into the habit of regular exercise … you will thank yourself later
  • Follow your dreams when choosing a career … do something you love … you have plenty of time to become a wage slave if that is your destiny
Sorry I couldn't spend more time with you two. I hope I'll still be there to tell these myself when you're old enough, so you don't make the same mistakes I did.

I love you.

Minggu, 08 Mei 2011

Twitter..

Twitter mesti diakui merupakan salah satu media sosial paling berpengaruh saat ini (selain Facebook tentunya). Beberapa teman bahkan mulai meninggalkan facebook yang dianggap sudah lebih sesak oleh anak-anak 'alay' dan memilih Twitter yang menurut mereka isinya lebih 'bermutu'. Sebagai orang yang mencoba untuk selalu g4WuL, gue pun mencoba twitteran. Dari buka pake browser kantor, sampe lewat henpon (sebelum henpon gue ilang kemaren, huhuhuhu *curcol*)

Tapi entah kenapa, gue gak pernah terlalu sreg dengan Twitter.

Setelah kehilangan henpon gue kemarin, gue yang makan tak nyenyak tidur tak nikmat sibuk berpikir tentang apa yang gue rindukan dari benda tersebut. Dan tentu saja, twitteran tidak termasuk di dalamnya. Lalu gue pun berpikir, kenapa setelah berusaha buat serius twitteran, semangat gue selalu kendor, kalah dengan fesbuk atau multiply yang meskipun udah sepi begini tapi selalu gue buka setiap hari.

Dan sepertinya kesimpulan gue adalah:

1. Desain. Twitter didesain untuk membatasi posting hanya 140 karakter. Gue tipikal orang yang suka berpanjang lebar bertele-tele dan baru masuk ke maksud gue yang tidak penting itu di akhir kalimat. Ini tidak mungkin di Twitter. 140 karakter itu harus berarti. Emang ada twitlonger atau sebangsanya, tapi kecuali gue menulis yang benar-benar penting (dan bisa dipastikan itu jarang sekali :D), gue merasa masuk ke link twitlonger itu proses yang menjengkelkan.

2. Hakikat. Sejatinya (ta'elah..) Twitter dibuat untuk orang sharing apa yang mereka anggap menarik bagi followernya. Ini mengapa menarik mengikuti tweet beberapa selebriti, sementara sebagian besar gue lihat hanya menggunakan twitter sebagai ajang ngobrol pengganti IM :(. Gue mencoba menjadi tukang ngobrol di twitter, tapi lama-lama gerah juga. It's pointless. Kecuali gue berusaha buat 'ngobrol' dengan artis idola yang kebetulan gue follow. Itu juga gue merasa pointless :P Dan lagi gue selalu bingung mau posting apa di Twitter, apalagi kalau mengingat harus membawa faedah buat follower gue :D. Sempet gue biasain double posting, apa status gue di fesbuk gue tulis juga jadi tweet gue. Yang penting ngisi. Tapi karena status fesbuk gue sering panjang-panjang (lihat alasan 1 di atas), akhirnya ya gagal juga..

3. Keterapdetan (bahasa Indonesianya yang bener apa sih? :P). Dulu gue merasa buat apdet dengan twitter, gue mesti seperti teman-teman pengguna Bebe yang tangannya gak pernah lepas dari handset itu. Setelah gue punya henpon pinter (yang ilang kemaren itu, huhuhuhuhu...), ternyata gue gak segitunya juga pengen sering-sering nengok timeline. Padahal di Twitter lengah sedikit fatal akibatnya. Kita akan ketinggalan 'obrolan' antara rekan-rekan kita, kuis-kuis gak penting, atau apalah. Sementara gue rasanya gatal melihat timeline penuh dengan hal-hal yang gak gue mengerti.

Jadinya gara-gara itulah, gue lagi-lagi agak meninggalkan Twitter. Gue belum menemukan lagi alasan yang membuat gue buat rajin kembali. Mungkin nanti. Tapi sebelum itu terjadi kayanya mendingan gue ngisi MP ini aja kali ya :P

Minggu, 01 Mei 2011

Wiken yang menyenangkan (sekaligus melelahkan) :P




Sabtu, jalan-jalan ke Gandaria City nonton Tom & Jerry Show favoritnya Abang Aidan. Minggu, (akhirnya) ngajak Abang naik kereta yang udah lama dia idam-idamkan. Naik busway ke kota, kena demo di bundaran HI, naik Pakuan ke Bogor, terus langsung balik lagi :D

Rabu, 20 April 2011

Bukan kisah nyata, suwer deh! :P

Pelan-pelan kunaikkan sepeda motorku ke lantai teras. Lalu aku beranjak ke pintu pagar untuk menguncinya. Mulutku masih berdendang mengikuti lagu yang mengalir dari earphone yang tersambung dengan henpon-ku. Lalu aku mencari kunci pintu depan di kantung tasku yang isinya entah apa saja. Saking sibuknya, aku tak melihat ketika sebuah sosok muncul di hadapanku.

"Astaghfirullah!" aku meloncat kaget. Istriku, yang hanya terlihat samar-samar karena gelapnya ruang tamu, ternyata sudah membukakan pintu.

Ia pun cemberut. "Heheheh, maap, kamu ngagetin nongol di gelap-gelap dan berambut panjang begitu." kataku.

Istriku mencium tanganku dan mengunci pintu depan. Ia menawariku minuman hangat. "Kopi mau deh." jawabku. Aku pun naik ke atas duluan untuk mengambil baju dan mandi. Sesudahnya, segelas kopi hangat sudah tersedia di depan kamar. Aku mengambilnya dan masuk kamar menyusul istriku.

"Kok baru pulang jam segini?" katanya sambil melirik ke jam dinding bergambar tokoh game Virtua Fighters. Sudah setengah dua. "Iya. Tadi aku udah mau pulang. Udah matiin komputer. Eh, ada kerjaan masuk lagi, ternyata buat besok. Ya sudah kukerjain dulu. Tau-tau udah jam segini aja" jawabku sambil nyengir dan meletakkan gelas kopi yang sudah kosong di atas lemari.

"Kok begitu terus sih?" kata istriku bernada setengah merajuk. "Udah berapa hari ini kamu pulang jam segini terus, emangnya gak capek?"

"Ya capek sih, lihat nih. Kantong mataku punya kantong mata" jawabku menirukan salah satu dialog dari film Spongebob.

"Aku sebel sama kantormu itu. Kayanya kok gak punya time management yang bagus. Semua-semua serba mendadak. Semua-semua serba besok."

"Ya, gimana ya.. aku juga gak tau kenapa bisa begini. Kadang-kadang aku juga gemas dan pegel begini terus, belum lagi kalo aku inget anak-anak di rumah." kataku sambil berwajah sedih. Istriku pasti berpikir bahwa kalau suaminya mau ganti profesi, salah satu yang harus ia hindari adalah akting.

"Eh, ngomong-ngomong. Si Abang tadi udah mulai pinter baca lho. Tadi dia bacain buku cerita buat Adek. Lucu deh."

Kali ini aku jadi benar-benar sedih. Rasanya anak-anakku tumbuh tanpa sepengetahuanku. Akhir-akhir ini aku hanya bertemu mereka hanya pagi sebelum berangkat kerja.

"Emang kamu gak pernah ngomong sama bosmu, kok kerjaan kantormu sepertinya kacau balau begitu?" Tanya istriku lagi.

"Bosku tau kok. Keadaan kantor emang lagi begitu, mau gimana lagi?" jawabku. Rasanya menimpakan kesalahan tidak akan mengubah apa-apa. "Bersabar aja. Dibantu aja suamimu ini kalo lagi capek lahir batin begini."

"Dibantu apa?"

"Ya minimal didoakan supaya dapat pekerjaan yang lebih baik. Didoakan supaya diberi kesehatan supaya tetap bisa bekerja. Atau dibukakan pintu kaya tadi aja aku udah seneng kok." kataku sambil terkekeh.

"Huuuu!" Istriku kembali merajuk. Ia memang sebal kalau diingatkan dengan kebiasaanya yang kalau tidur sulit dibangunkan itu.

"Ya liat sisi baiknya aja. Itu berarti suamimu ini begini-begini masih jadi andalan karena diberi kepercayaan berbagai pekerjaan. Ada lho temanku yang di kantor kelihatannya santai-santai saja, tapi itu karena bosku emang gak percaya dengan hasil kerjanya. Kamu masa mau suamimu jadi kaya begitu?"

"Tapi" istriku membalikkan badannya dan menatap mataku dalam-dalam. "Kalau kamu emang kepercayaan kantor, kok gajimu gak naik-naik?"

Mataku melihat ke langit-langit seperti karakter film kartun yang sedang berpikir keras. Lalu menjawab,

"Tidur aja yuk. Aku ngantuk nih."

-------------------------------------------

Teruntuk istriku tercinta yang paling de bes di seluruh jagad raya (kecuali kalo lagi tidur :P)





Rabu, 16 Maret 2011

Club Villain




Mari berjoged bersama!

It was a Friday night, and I wanted to go out to
A brand new club in town, a discotheque I'd heard about through
A friend of mine who told me the place was a circus act for sure,
And then we rolled up and saw Koopa working at the door.

He waved us in, and we randomly met the
Mr. Hannibal Lector. He was handling records
In the DJ booth, asking which was the best selection
To make an impression on the Wicked Witch of the West and

The Witch was booty-dancin' with Manson and Gannon,
Right next to Side Show Bob being shot from Blackbeard's cannon.
That's when I knew that tonight I'd be chillin'
In the dance club partying with all these villains.

I can't keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying partying partying. I can't keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying with all these villains. All these villains. All these villains. All these villains. All these villains.

Catwoman and Harley Quinn, I swear I saw those ho's kiss.
I laugh at Jason Voorhees rockin' glowsticks.
And Dr. Octopus was also getting physical with Ursula.
The two were making out and touching tentacles.

And Voldemort greeted Vader with a fist pound.
They were checking out Mystique's ass next to Chris Brown.

Chris Brown? Somebody needs to throw that guy out of the club.

And Megatron, he was getting it on.
He was drawing a crowd, and they were calling out loud like:
Go Megatron! Go Megatron! Go Megatron! Go Megatron!
Go Megatron! Go Megatron! Go! Go! Go! Go!
I looked up and saw Venom doing Jager Bombs on the ceiling.
That's when I knew that I'd be partying with all these villains.

I can't keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying partying partying. I can't keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying with all these villains. All these villains. All these villains. All these villains. All these villains.

That's when I saw her there, from across the room,
Poison Ivy doing Jell-o shots with Dr. Doom.
Like the Eye of Sauron, I couldn't look away.
She was with some Joker, but the dude was probably gay.

Patrick Bateman passed us shots of vodka.
Me and Jabba tossed them back like "oooga chaca!"
I pushed Elmer Fudd out of the way, so that I could get closer.
I don't mean to be a Predator, but I got to get at her.

Freddy used his claws to open up chardonnay.
I grabbed a glass and walked up to her like "yo, pardon me."
I took her home, and she and I spent the night chillin'
Up in the bedroom partying with one hot-ass villain.

I can't keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying partying partying. I can't keep partying 'round. Keep partying 'round. Keep partying with all these villains. All these villains. All these villains. All these villains. All these villains.


Senin, 21 Februari 2011

Kembali di depan tivi...

Setelah lama tidak menikmati acara-acara di televisi, akhirnya gue menemukan lagi kesenangan itu dalam bentuk dua acara: Junior Masterchef, dan American Idol. Junior Masterchef adalah acara kompetisi masak Australia yang diikuti oleh anak-anak usia 8-12 tahun. Yang mencengangkan adalah betapa anak-anak tersebut di usianya yang sangat muda memiliki skill dan kreativitas memasak yang sangat canggih. Kalau melihat hasil masakannya, dari kueh-kuehan sampai makanan utama, sering gue gak percaya kalau itu dibuat oleh anak-anak. Penampakannya sangat profesional, terlebih lagi dikerjakan dalam waktu yang terbatas, dan banyak dari masakan itu merupakan resep yang diciptakan di tempat. Sayang peserta favorit gue gagal jadi juara.

Yang kedua, American Idol. Siapa yang gak tau acara yang pernah dibikin tiruannya secara gagal oleh Indonesia ini. Setelah akhirnya lanjut untuk season ke sepuluh, acara ini mengalami perubahan yang cukup banyak. Apalagi kalau bukan tim jurinya yang terkenal, dua anggotanya yaitu Simon Cowell dan Paula Abdul mengundurkan diri, dan digantikan oleh Steven Tyler (Aerosmith) dan Jennifer Lopez. Mundurnya Simon Cowell sangat disayangkan, karena dialah yang selama ini memberi warna pada penjurian American Idol dengan komentar-komentarnya yang sadis. Posisi itu tampaknya kini diserahkan ke Randy Jackson, satu-satunya anggota dewan juri orisinil yang tersisa, dan sepertinya tidak begitu sukses. Namun tambahan Tyler dan J-Lo ternyata cukup menghibur. Tingkah Tyler yang tengil kadang memberikan selingan komedi karena ternyata dia lumayan lucu. J-Lo, yah… J-Lo. Yang jelas dia lebih menggemaskan daripada Paula Abdul :D

Eniwei, bukan itu yang membuat AI musim ini menyenangkan buat ditonton. Tapi kontestan-kontestan musim ini terlihat memang sangat berkualitas. Dan karakternya pun cukup beragam. Favorit gue dari awal audisi adalah Casey Abrams yang audisi di Texas. Ia hadir dengan penampilan biasa-biasa saja, karakter yang agak kocak, tapi di luar dugaan bisa tampil bernyanyi dengan sangat menghibur. Waktu audisi ia datang membawa melodica (seperti harmonica gitu deh), dan pada saat final audisi Hollywood yang menentukan kepulangan kontestan, di saat masing-masing kontestan berusaha tampil maksimal dengan menunjukkan vokal, skill bermain gitar, maupun piano, Casey pun tampil membawa…

..stand-up bass. Bas betot.



 Dan ternyata penampilannya pun sukses menghibur para juri. Randy Jackson pun tak bisa berhenti tertawa.

Eniwei, dua acara tadi membangkitkan lagi kesenangan menunggu-nunggu jam tayang di televisi. Untungnya tayang di Star World yang kalo kelewat (atau nagih pengen nonton ulang) masih bisa liat rerunnya. Dan beruntunglah jaman sekarang ada youtube jadi kita bisa nonton lagi, lagi, dan lagi. Mengingat apapun bisa terjadi, kita gak bisa meramal sampe kapan masih bisa menonton kontestan favorit kita. Dan dari kemaren, gue pun gak berhenti memutar ulang penampilan audisi hollywood dari Casey Abrams, Jacob Lusk yang spektakuler, dan si koboy John Wayne Schulz yang adem itu..

American Idol 2011 Hollywood Solo - Casey Abrams -Singer/Musician Audition




Salah satu penampilan favorit gue. Casey Abrams membawakan lagu Georgia On My Mind-nya Ray Charles.

American Idol 2011 Hollywood Solo - Jacob Lusk




Salah satu penampilan paling spektakuler di audisi Hollywood minggu lalu. Mas Jacob ini saking maksimalnya sampe gak bisa berhenti nangis setelah selesai nyanyi. Para juri pun tanpa basa-basi mengganjarnya dengan standing applause..

Hijau-hijau di sekitar rumah...




Udah lama gak main-main sama kamera, Sabtu kemarin habis hujan paginya, gue pun berkeliling rumah dan berlatih mengambil gambar di sana-sini. Fujifilm Finepix HS10 gue emang gak bisa memotret secanggih DSLR, tapi kamera ini sangat menyenangkan, terutama kalau cahayanya cukup. Hampir semua difoto dengan P (mode) dengan setting ISO 200/Auto (400), DR 200%/400%, warna Chrome, dan exposure compensation mengikuti kata hati saja :P Kecuali yang terakhir difoto dengan mode manual tapi lupa settingannya.

Semua kripik dan salam diterima dengan lapang dada (uh, mentang-mentang yang dadanya lapang sampai ke perut :P)

Senin, 07 Februari 2011

Tujuh bulan kemudian...

Setelah lama mencueki requests, tadi tiba-tiba kepikiran buat buka, dan tampaklah friend request terakhir dari seseorang, sebutlah mbak M (usia dirahasiakan, maksudnya dirahasiakan dari gue :D). Di request tersebut tersebut bahwa mbak M ingin menjalin pertemanan (ta'elah) setelah membaca blog gue yang ini. Tulisan yang gue buat sesaat setelah Dafi lahir itu membuat gue senyum-senyum sendiri setelah gue baca ulang. Tentu saja bukan karena betapa indahnya tulisan tersebut karena sesungguhnya ia teramat bodoh. Tapi juga karena gue jadi teringat masa kita baru mengalami kelahiran anak kedua.

Tujuh bulan kemudian..

Abang Aidan yang tadinya cemburu sekarang malah jadi sayang sekali sama adiknya. Ia agak tidak rela jika harus bermalam di tempat terpisah. Belum lagi dek Dafi yang dengan sukarela tertawa terhadap bercandaan ajaib abangnya. Duh, mudah-mudahan awet begini yak..


Abang Aidan sekarang sudah bersekolah di TK, dan meskipun kita sempat kuatir dia cepat bosan karena jamnya yang lumayan (8 pagi sampai satu siang), ternyata (sampe sekarang) dia tidak juga bosan. Alhamdulillah dia banyak belajar hal-hal yang baik, sehingga seimbang karena di rumah banyak belajar hal yang tidak patut dari Ayahnya :D. Hanya yang masih kurang adalah keseimbangan emosinya. Ini agak sulit karena ayah ibunya agak labil :D Mari belajar bersama, anak-anakku...


Senin, 24 Januari 2011

UFO is exciting :D

Fenomena crop circles yang (akhirnya) terjadi di Indonesia, tepatnya di Sleman, Jawa Tengah beberapa hari lalu akhirnya jadi berita yang menghebohkan. Karena fenomena begini tidak sering terjadi, maka spekulasi yang beredar mengenai sebab musabab benda bernama crop circles itu pun juga jadi beragam. LAPAN dengan haqqul yakin berpendapat bahwa itu adalah buatan manusia, sehingga mereka ogah repot-repot mengirimkan tim untuk menyelikidinya.. Pendapat yang gue hargai meskipun gue akan berterima kasih kalo LAPAN juga menunjukkan kepada kita cara mengerjakan crop circles berdiameter 70 meter dalam semalam. Dalam gelap. Mantan rektor ISI juga berpendapat bahwa mungkin mahasiswa (mungkin maksudnya mahasiswa ISI) yang membuat crop circles itu, mengingat mereka memang diajarkan membuat instalasi seni dari alam. Kepala Observatorium Bosscha malah berpendapat bahwa crop circles itu diakibatkan fenomena abu vulkanik dari Merapi, pendapat yang agak sulit gue terima karena terus terang agak sulit gue membayangkan prosesnya (mungkin itu sebabnya gue gak jadi ahli astronomi :D). Tentu saja anggapan klasik bahwa crop circles itu bikinan UFO yang lebih dominan.

Lalu saat kita sedang kebingungan, pertanyaannya yang mendasar adalah: apakah kita (sebaiknya) percaya adanya UFO?

Kalo gue yang ditanya, gue akan jawab iya. Bahkan gue tidak hanya percaya UFO (Unidentified Flying Objects), gue juga percaya USO (Unidentified Swimming Objects, cue to Seaquest DSV :D), atau UWO (Unidentified Walking Objects) atau semacamnya. Buat gue inti dari UFO atau apalah itu adalah U-nya. Unidentified. Bahwa sesuatu yang kita lihat itu tidak bisa kita identifikasikan, karena belum pernah kita lihat sebelumnya, bukan berarti dia tidak ada. Rasanya justru karena gue percaya sama Tuhan, gue jadi percaya bahwa semua itu mungkin. Dunia, apalagi alam semesta ini, teramat sangat luas sehingga bahwa ada hal-hal yang tidak bisa teridentifikasikan manusia adalah sangat mungkin.

Bagaimana dengan alien, kehidupan makhluk berakal di planet lain? Kenapa tidak? Memang manusia ini adalah makhluk paling berakal dan paling mulia di dunia, tapi rasanya kalau Tuhan mau menciptakan sebuah dunia di galaksi yang teramat-amat jauh (cue to Star Wars opening :D), dengan 'manusia'nya sendiri, tatanan kehidupannya sendiri, bahkan agamanya sendiri, kenapa tidak mungkin?

Terlepas dari logis tidaknya 'alien', buat gue kehadiran mereka dalam pemikiran sangatlah menarik dan menggugah pikiran. Bagaimana kalau memang para alien itu ada? Bagaimana kalau mereka datang ke bumi? Bagaimana kalau mereka berbentuk makhluk hijau bermata besar? Bagaimana kalau mereka berbentuk seperti manusia dan bisa terbang? Bagaimana kalau alien itu tidak bisa terbang, dan datang ke bumi dalam lewat teleportasi, dan mereka begitu jengkel karena sering dituduh jadi biang keladi kehadiran UFO? Bagaimana kalau mereka berbentuk seperti monster sehingga manusia jadi punya alasan membangun robot raksasa? Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana?

Bagaimana kalau crop circles di Sleman tadi bikinan alien? Mungkin saja. Mungkin juga tidak. Daripada pusing-pusing berusaha membuktikan sesuatu yang gue tidak paham, mending gue menikmati bagaimana media sibuk memblow up kasus ini (seperti juga kalau ada kejadian lain :P) dan begitu sudah ramai, lalu muncul tudingan bahwa kasus ini adalah upaya pemerintah mengalihkan masyarakat dari isu kinerja pemerintah, kasus Gayus, pembangunan gedung DPR, maupun putusnya Anang dan Syahrini...

Sabtu, 22 Januari 2011

Karena terlalu berprasangka baik

"Ayah." panggil Aidan sambil menggambar.

"Kalo mobil rodanya berapa?"

"Empat." jawab gue sambil terus nonton tv.

"Enggak. Delapan."

"Empat. Delapan dari mana sih? Emangnya truk?"

"Bukan, mobil."

"Ya empat, dong."

"Delapaan!" Aidan mulai ngotot. "Coba itung deh.. Di depan berapa?"

"Dua"

"Belakang?"

"Dua."

"Samping kiri?"

"Hee...?"

"Kiri dua kan. Samping kanan juga dua. Dua tambah dua tambah dua tambah dua jadi delapaan!"

"...."

Minggu, 02 Januari 2011

Selamat tahun baru!

Posting pertama di tahun 2011, yay!

Kalau melihat ke belakang, rasanya setahun kemarin masih banyak kekurangan. Dari hal-hal yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki diri sampai kurang perhatian sama orang lain. Mesti mengurangi bermalas-malasan. Agak merasa terganggu (atau tergugah) setelah membaca tulisan Zaim Uchrowi di kolom Resonansi Jumat kemarin, di tulisan yang aselinya sepertinya membahas Alfred Riedl dan PSSI itu, seperti mengingatkan gue kenapa gue suka leyeh-leyeh.. yaitu karena gue orang Indonesia :D Sebagai orang Indonesia yang hidup di negara beriklim nyaman dan makanan pokoknya nasi, memang butuh determinasi kalau mau berjaya.

Kalau melihat ke depan, sepertinya memang hidup tidak akan menjadi lebih mudah (emangnya siapa yang pernah bilang hidup itu mudah? :D). Sepertinya waktu untuk di rumah akan lebih tersita oleh pekerjaan. Mudah-mudahan di tahun ini, gue diberi cara mencari nafkah yang halal dan lebih baik, untuk gue dan keluarga. Mudah-mudahan lebih banyak bisa menemukan waktu (emang hilang ke mana? :P) untuk menulis di sini. Termasuk menyelesaikan drawing challenge yang kalau namanya diganti dengan 30 Weeks Drawing Challenge pun rasanya tetep gak bisa selesai tepat waktu :)). Selain itu, juga mesti lebih banyak belajar biar tidak ketinggalan sama anak-anak gawul jaman sekarang.

Tahun baru kemarin kita habiskan seperti tahun-tahun sebelumnya. Niatan membangunkan Abang Aidan buat melihat kembang api gagal total karena si Abang memilih buat ngintip lewat ujung mata dan tidur lagi :D. Untung liat kembang apinya cuma di rumah, gak pake ke monas atau tempat macet lainnya, misalnya.. Paginya, Dek Dafi merayakan kelulusan 6 bulan ASI eksklusif dengan makan bubur pertamanya. Habis itu gue dan Dewi berkencan menonton 'The Next Three Days', film pilihan Dewi karena dia pikir itu film yang fun-fun bo... Yang ternyata itu film yang cukup bikin tegang dan depresi sampai menjelang akhir. Untung filmnya lumayan bagus :D

Pagi ini, saatnya mulai kembali ke rutinitas. Abang Aidan sudah mulai sekolah memakai jam Ben 10 mainannya :P, sementara Ayah dan Ibunya mulai ke kantor dengan perasaan was-was karena si mbak pengasuh Dek Dafi belum pulang sejak kemarin. Yah, seperti gue bilang tadi.. hidup pasti menemukan cara buat membuat kita menjadi runyam, tapi katanya sih, gimana usaha kita mengubah runyam tadi menjadi sukses itulah yang membuat kita jadi manusia dewasa..

Ah, satu lagi, mesti mengurangi postingan gombal sok bijak kaya barusan. Gak pantes! :))

"Selamat tahun baru!", kata Dek Dafi :D