Senin, 17 Mei 2010

Ip Man/Ip Man 2

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Di bulan yang sama dengan pemunculan Iron-Man 2, penonton film disajikan juga dengan salah satu sekuel yang paling ditunggu-tunggu (oleh orang yang nonton film pertama, tentu saja :D), yaitu Ip-Man 2.





Buat yang belum nonton film pertama, Ip-Man didasarkan (secara sangat bebas sih :D) pada kisah hidup Yip Man, seorang guru beladiri aliran Wing Chun yang kelak akan menjadi guru dari Bruce Lee. Di film pertama, diceritakan saat Ip Man (Donnie Yen) masih tinggal di Foshan, Guangdong, dan menjadi seorang guru beladiri yang sakti mandraguna namun sangat rendah hati. Ia tidak ingin orang mengetahui kejagoluarbiasaannya, dan hanya ingin berlatih dan mengasah kemampuan dengan para koleganya. Hal ini sempat membuat kesal istrinya yang cantik jelita namun penyabar (uuuh.. gemmesss :P) Cheung Wing-sing (Lynn Hung) karena melihat suaminya yang kerjanya hanya mengurusi beladiri dan menolak tawaran berbisnis dari sahabatnya, Chow Ching-chuen (Simon Yam) yang memiliki pabrik pengolahan kapas.

Semua berubah ketika Jepang menginvasi Cina di tahun 1937 dan membuat semua rakyat Cina jatuh miskin. Ip Man pun bekerja di tambang batubara yang diambil alih militer Jepang untuk menghidupi keluarganya. Namun melihat temannya terbunuh dalam pertandingan beladiri memperebutkan sekantung beras yang diadakan oleh Kolonel Miura, petinggi militer Jepang di Fo Shan saat itu. Ip Man yang terusik rasa keadilannya akhirnya menerima tantangan terbuka Kolonel Miura yang kemudian membakar semangat perlawanan rakyat Cina, meskipun akhirnya setelah menang ia secara licik ditembak. Dalam keadaan sekarat Ip Man
berhasil melarikan diri ke Hong Kong bersama keluarganya.

Film pertamanya begitu berkesan buat gue. Berbeda dengan film beladiri Mandarin yang lain, Ip Man terasa 'nyata' karena penggunaan koreografi pertarungan yang pas. Tidak ada terbang-terbangan, atau selendang berubah sekeras pedang. Yang ada adalah adu tinju dalam kecepatan tinggi dan penggunaan senjata yang hebat. Melihat Donnie Yen mengeluarkan tinju supercepat ala Tinju Bintang Utara tanpa mengubah raut muka membuat gue lupa dengan yang namanya Jet Li. Ceritanya pun sederhana dengan adegan 'pertandingan beladiri' yang cenderung stereotipikal. Namun film itu begitu membekas di gue sebagai film yang ringan, sangat keren, dan menyenangkan buat dilihat.

Jadi begitu gue melihat teaser trailer untuk sekuelnya, gue pun masuk dalam mode sakaw karena tidak sabar. Apalagi ada embel-embel nama Sammo Hung yang akan jadi lawan mainnya.






Di film kedua, diceritakan bahwa Ip Man dan keluarganya mesti memulai membangun hidup mereka dari awal. Ip Man yang hanya bisa beladiri pun bermaksud membuka sekolah beladiri, namun mendapat tentangan dari para pemilik perguruan yang sudah lebih dulu ada di Hong Kong, terutama dari Hung Chun-nam (Sammo Hung), pendiri aliran Hung Ga. Tak lain dan tak bukan adalah karena untuk berbisnis secara tenang di Hong Kong, semua patut membayar upeti kepada superintendent Wallace yang berkuasa di kepolisian saat itu, dan Ip Man menolak membayar. Perguruannya pun dikacaukan dan ia terpaksa melatih para muridnya di rumahnya dan di taman bermain anak-anak.

Namun Ip Man sendiri tak menaruh dendam. Pembawaannya yang cinta damai membuatnya memilih menghindari keributan, tapi sepertinya memang masalah yang gemar mendatanginya. Setelah dalam sebuah pertandingan tinju, Taylor "The Twister" Milos, juara dunia tinju asal Inggeris memukul mati Hung Chun-nam, Ip Man pun naik ring untuk menghentikan sepak terjang orang Inggeris yang menghina bangsa Cina.

Hal pertama yang gue rasakan setelah menonton film kedua ini adalah betapa miripnya dengan film yang pertama. Dari alur cerita, tensi, hingga 'pertandingan beladiri' yang sepertinya jadi sebuah mandatori. Agak sulit melihat film Ip-Man 2 ini sebagai sesuatu yang lebih besar dari yang pertama, namun rasanya memang si pembuat film ingin main aman dan hanya mengulang formula film yang pertama (yang memang tidak orisinil dari awal).

Namun mengingat gue bisa menikmati film pertama (dengan mengabaikan cerita yang 'terlalu' simpel dan mudah ditebak), rasanya gue bisa memaafkan film kedua ini. Apalagi di sini porsi adegan aksinya terasa sedikit lebih banyak (berbeda dengan Iron-Man 2 yang banyak dicaci karena tidak sepenuh aksi yang pertama). Di film ini pun kita melihat Ip Man lebih rapuh dibandingkan di film pertama yang terlalu sakti - karena di sini orang Inggerisnya gemar bermain curang dibandingkan orang Jepang yang bertarung dengan hormat :P - sehingga masih bisa membuat gue menahan nafas sambil deg-degan menontonnya.

Intinya, film ini tidak lebih dan tidak kurang jika dibandingkan dari film pertama. Namun kedua film ini sangat gue sarankan buat penggemar film aksi. Emang buat koreografi pertarugan dalam film, sekali lagi terbukti bahwa film-film asia (khususnya Mandarin) lebih 'megang'. Bonusnya, ada penampakan Bruce Lee yang (saat itu) masih kecil (karena konon Bruce Lee baru belajar Wing Chun saat usianya 16 tahun). Gue sangat tidak menolak kalau film ini dibuat sekuelnya lagi meskipun kabarnya Donnie Yen menolak ambil bagian dalam film yang bercerita tentang kehidupan guru Ip lagi...

Jumat, 07 Mei 2010

Ironing Man




Buat yang suka menyebut Iron-Man sebagai Manusia Setrikaan, ini film buat kalian..

Minggu, 02 Mei 2010

Iron-Man jadi 2..

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Gue masuk bioskop menonton film ini dengan pengharapan yang bercampur aduk. Di satu sisi, review dari beberapa orang yang sudah lebih dulu nonton bilang film ini lebih banyak omong dari yang pertama, dan tidak se-penuh aksi seperti harapan kebanyakan orang. Di sisi lain, gue menikmati sekali film Iron-Man pertama dan berharap setidaknya Marvel tidak buru-buru menyungsepkan franchise ini seperti mereka membuat X-Men 3 dan Spider-Man 3.

Kabar baiknya adalah, gue keluar bioskop dengan perasaan lega dan puas. Meskipun tidak melampaui ekspektasi gue, Iron-man 2 adalah film yang dieksekusi dengan cukup baik, menghibur, dan menyenangkan. Robert Downey Jr. bermain sangat pas sebagai Tony Stark yang narsis, serampangan, namun brilian di saat yang bersamaan. Mickey Rourke sebagai Ivan Vanko adalah penjahat yang bengis dan meyakinkan. Sam Rockwell dan Gwyneth Paltrow juga masing-masing berperan oke, meskipun setelah baca War Machine yang bertarung imbang dengan Ares si Dewa Perang di komiknya, gue masih gak bisa membayangkan Don Cheadle yang kurus itu sebagai veteran perang James Rhodes. Tapi setidaknya di film ini hubungan Rhodes dan Stark terasa lebih hidup dan dihiasi banyak dialog-dialog menghibur. Adegan aksinya dieksekusi dengan sangat baik, apalagi adegan pertempuran terakhir antara Iron-Man & War Machine versus para droid & Ivan Vanko. Satu-satunya kekurangan dari adegan-adegan itu hanya kurang lama :D

Kabar buruknya, film ini bukannya tanpa kekurangan. Gue merasa film ini nyaris terjebak dalam sindroma Spider-Man 3, terlalu banyak karakter dan terlalu banyak yang ingin diceritakan. Untungnya film ini berhasil lolos dengan tetap memfokuskan ceritanya pada Tony Stark. Sangat disayangkan bahwa Mickey Rourke kurang mendapatkan screen time dan dialog yang cukup untuk lebih meyakinkan penonton betapa ambisius dan menakutkannya dia. Bahkan Jon Favreau sang sutradara yang di sini numpang ngetop sebagai supirnya Tony Stark dialognya lebih banyak! Satu lagi, gue heran kenapa Marvel begitu membebankan film ini untuk jadi pembuka jalan film Avengers. Ini membuat ceritanya menjadi lebih rumit dan terus terang, hanya menghibur bagi para fanboys komiknya atau orang-orang yang mencermati cerita film-film Marvel. Andaikan gue orang yang hanya nonton film Iron-Man pertama dan tidak terlalu peduli dengan scene tambahan di akhir credit title, gue pasti bertanya-tanya apa perlunya ada Nick Fury dan Natasha Romanoff di sini meskipun Scarlett Johannson sebagai Romanoff itu menyenangkan untuk dilihat...

Jadi cerita film ini adalah: konflik internal Tony Stark dengan nasibnya yang mendekati kematian - Dendam Ivan Vanko terhadap keluarga Stark - SHIELD yang sedang menjajal Tony Stark untuk keanggotaan Avengers Initiative - Justin Hammer yang sangat ingin menyaingi Tony Stark -

Gue rasa inilah kenapa ada beberapa orang yang komplain bahwa film ini terlalu banyak omong.

Tapi, secara umum film ini keren. Nikmati kedahsyatan efek dan kebrilianan Robert Downey Jr yang di film ini sudah kelihatan tua dan berkerut (mudah-mudahan do'i masih sanggup maen di The Avengers :D). Recommended, apalagi buat penyuka komik! (tapi ya kalo elu penyuka komik, pastinya dah nonton film ini juga :P)