Senin, 01 Maret 2010

Tokyo Magnitude 8.0

Rating:★★★
Category:Other
Mirai adalah siswi kelas satu SMP yang merasa hidupnya tidak bahagia. Kedua orang tuanya sibuk bekerja, sehingga ia sering dibiarkan sendirian mengurus rumah, termasuk menjaga adik laki-lakinya, Yuuki. Dan hari itu, hari terakhir sekolah sebelum liburan musim panas, menjadi hari di mana Mirai bertambah kekecewaannya. Ia ingin pergi berlibur seperti halnya teman-temannya. Namun kedua orang tuanya lagi-lagi tidak sempat karena pekerjaan masing-masing.

Di hari pertama liburan musim panas, Mirai disuruh ibunya menjaga Yuuki yang mau pergi menonton pameran robot di Odaiba. Sebenarnya Yuuki enggan, namun karena dipaksa ibunya, mau tak mau ia pergi juga. Sepanjang perjalanan ia bertemu kesialan-kesialan kecil yang makin menambah kesal hatinya. Belum lagi ia ingat mesti menulis pekerjaan rumah musim panasnya, yaitu menulis esai tentang seperti apa ia sepuluh tahun ke depan.

Ia kemudian malah menumpahkan kekesalannya di tulisannya tersebut. "Apakah aku akan pernah mengalami hal yang baik di hidup ini" tulisnya. "Aku berharap dunia ini pecah saja."

Dan tak lama kemudian, tanah yang ia pijak berguncang keras. Hari itu, Tokyo diguncang gempa berkekuatan 8 skala richter, yang berpusat 25 km di utara laut Tokyo. Gempa itu meluluhlantakkan Tokyo dan membuat kebakaran hebat dimana-mana. Transportasi ke dan dari Odaiba, yang merupakan pulau buatan, pun terputus.

Mirai panik karena Yuuki masih berada dalam gedung ketika gempa itu terjadi. Dengan bantuan seorang ibu bernama Mari, ia berhasil menemukan Yuuki dalam keadaan selamat. Kemudian Mirai pun bingung bagaimana ia harus pulang karena rumahnya di Setagaya berjarak cukup jauh. Belum lagi ia tidak bisa menghubungi ayah ibunya, sehingga ia pun tidak tahu pasti nasib mereka berdua. Di luar dugaan, Mari menawarkan untuk membantu mereka pulang, meskipun awalnya Mirai tidak mempercayainya. Belakangan diketahui bahwa Mari adalah orangtua tunggal yang anaknya pun sedang di rumah tanpa diketahui kabarnya.

Film ini mengisahkan perjuangan mereka bertiga dalam mencapai rumah. Perjalanan tersebut kelak akan mengajarkan Mirai untuk kembali menemukan kepercayaan dan kasih sayangnya pada orang tuanya, dan terutama pada Yuuki, adiknya. Visualnya begitu bersih, khas film animasi Jepang jaman sekarang. Konon penggambaran akibat gempanya dibuat melalui riset yang mendalam, agar lebih realistis.

Di sini digambarkan betapa Jepang begitu canggih dalam menghadapi bencana alam. Begitu canggihnya sampai gue bertanya-tanya apa mungkin benar begitu di kenyataannya. Tak akan ditemui di sini orang-orang yang sibuk menjarah karena kekurangan kebutuhan pokok. Petugas pemerintah dan masyarakat bahu-membahu membuat keadaan begitu aman dan terkendali. Ini membuat konflik di film ini terasa begitu ringan dan fokus kepada konflik diri Mirai dan hubungannya dengan Yuuki dan Mari. Namun begitu gue menganggap film ini akan berjalan aman hingga akhir, gue diberi ending yang lumayan nendang dan bikin Dewi sukses berlinang air mata :P

Film ini merupakan OVA 11 episod yang terbilang pas, tidak terlalu bertele-tele. Terlepas dari beberapa logika cerita yang bikin gue bertanya-tanya, film ini tetap asyik ditonton bersama keluarga, asal jangan moodnya lagi sendu.