Dragon Ball adalah salah satu manga kesukaan gue. Gue dulu sangat suka bagaimana Akira Toriyama sang pengarang membuat cerita yang fun, penuh aksi, juga kocak dalam waktu bersamaan. Dalam visinya, dunia adalah tempat di mana manusia dan monster bisa hidup berdampingan.
Salah satu bagian cerita yang gue ingat adalah pada saat cyborg jahat bernama Cell muncul ke dunia. Alih-alih langsung membinasakan manusia dan menguasai bumi, ia menerima tantangan Songoku yang sebenernya saat itu sudah tewas. Jadi hantu Songoku ini meminta Cell menunggu seminggu lagi. Dalam waktu tersebut, para pembela bumi akan menantangnya dalam pertarungan satu lawan satu, dan Songoku berjanji akan ada yang cukup kuat untuk mengalahkan Cell.
Cell yang saat itu memang sangat kuat, bahkan jauh lebih kuat dari Songoku sendiri, tertarik karena penasaran. Dan ia pun menyetujui tantangan itu.
Masalahnya sekarang, siapa yang cukup kuat menghadapi Cell? Songoku sebagai yang terkuat saat itu yakin bahwa anaknya, Songohan, punya potensi untuk menjadi lebih kuat darinya. Hanya saja ia tidak mengetahui itu. Saat itu, para bangsa Saiya seperti Songoku baru saja menemukan cara untuk mengubah diri mereka menjadi kuat, yaitu dengan berubah menjadi Super Saiya berambut emas seperti pisang. Hanya orang Saiya terlatih yang bisa mengeluarkan kekuatan terpendamnya untuk berubah menjadi Super Saiya, karena itu jurus tersebut tidak bisa digunakan sembarangan. Saingan Songoku, Bejita, langsung mengambil kesempatan waktu seminggu itu untuk berlatih sekeras-kerasnya. Ia ingin menjadi orang Saiya terkuat di bumi dan mengalahkan Cell sebagai pembuktian superioritasnya dari Songoku.
Lalu apa yang dilakukan Songoku? Ia pergi berpiknik bersama keluarganya.
Semua orang heran melihat kelakuan Songoku yang begitu santai ini. Hanya saja, Songoku bukannya tidak memiliki rencana. Selama seminggu itu ia melakukan kegiatan sehari-hari, bahkan bersenang-senang bersama keluarganya dalam bentuk Super Saiya. Ia menyuruh Songohan melakukan hal serupa. Tujuannya satu, ia ingin Songohan terbiasa dalam bentuk Super Saiya yang sebenarnya melelahkan itu. Dengan begitu, jika saatnya tiba, ia tidak perlu lagi berpikir bagaimana mengeluarkan kekuatannya menjadi Super Saiya, tapi bagaimana berbuat lebih dari itu.
Kenapa tiba-tiba gue teringat cerita ini?
Adalah beberapa teman gue yang sedang merasa hidupnya rumit, yang menjadi penyebabnya. Gue merasa kurang bisa berempati karena memang tidak pernah mengalami apa yang sedang mereka alami sekarang. Hanya satu yang gue ingat pernah bilang sama mereka, jangan anggap keadaan sekarang itu akhir dari segalanya. Anggap saja besok-besok hidup akan lebih rumit lagi, karena memang kenyataannya begitu. Dengan membiasakan diri pada kerumitan hari ini, tanpa sadar kita akan lebih kuat buat menghadapi lebih banyak kerumitan di kemudian hari. Dan kalau kita bisa beradaptasi menghadapi apapun yang dilempar hidup pada kita, niscaya kita akan menjadi pribadi yang lebih kuat. Naik level, seperti kata bapak dan iburanger. Seperti halnya Songohan muda yang akhirnya berhasil mengalahkan Cell dan menjadi orang Saiya terkuat, bahkan lebih kuat dari Songoku dan Bejita yang seumur hidupnya bertarung untuk memperkuat diri.
Ah, gue gak bisa menjadi sebijak Aa Ogie memang...
Ogieee,... beri pencerahaaan!