Selasa, 30 Oktober 2007
Lagi-lagi...
Aplod lagi gak ya? Males....
The 99 (#1) - Teshkeel Comics

Rating: | ★★★ |
Category: | Other |
Komik The 99 ini dikarang oleh Dr.Naif Al-Mutawa, penulis kelahiran Kuwait yang menyelesaikan studinya di Amerika. Al-Mutawa yang juga pendiri dan CEO dari Teshkeel Media Group ini melampiaskan cita-citanya sejak kecil menjadi penulis dengan membuat komik yang awalnya ia tujukan untuk anak-anak muslim di seluruh dunia. The 99 menggunakan konsep 99 nama Allah. Ke 99 kekuatan ini melambangkan atribut-atribut aspiratif yang merupakan sifat-sifat mulia yang ingin dicapai oleh manusia.
Meskipun inspirasi dan konsepnya sangat Islami, presentasi komik ini bisa dibilang sangat universal. Lihat saja desain karakternya yang sangat 'Marvel dan DC', tidak terlihat untuk dipaksakan menjadi komik religius. Kelihatannya memang komik ini dimaksudkan untuk menarik pembaca yang umum. Untuk edisi pertama pembaca baru akan diperkenalkan pada tiga murid pertama Dr. Ramzi, mengingatkan gue pada lima murid orisinal Professor Xavier, yaitu Jabbar the Powerful (Nawaf Al-Bilali asal Saudi Arabia) yang berkekuatan super, Darr the Afflicter (John Wheeler dari Amerika) yang bisa menyerap dan menimpakan rasa sakit pada seseorang, dan Noora the Light (Dana Ibrahim dari Uni Emirat) yang berkekuatan cahaya. Yang menarik, di edisi-edisi selanjutnya akan diperkenalkan seorang berkekuatan asal Indonesia! Dia adalah Fatah The Opener seorang pemuda bernama asli Kyai Batak yang berkekuatan membuka portal teleportasi. Penerbit komik ini di Indonesia kabarnya mengadakan pendekatan kepada Teshkeel Comics untuk mematangkan lagi karakter Fatah ini sebelum muncul. Yah paling enggak ganti namanya deh, norak amat...
Sebagai komik edisi pertama, the 99 edisi awal cukup menggambarkan arah cerita komik ini. Buat penggemar serial team macam The X-Men mungkin akan tertarik mengikuti komik ini. Meskipun ditangani juga oleh veteran DC dan Marvel macam Fabian Nicieza, Dan Panosian, John McCrea dan James Hodgkins, komik ini masih memiliki kekurangan di sana-sini. Sebut saja aksi yang kurang 'wah' dan penceritaan yang masih agak meloncat-loncat. Tapi itu tidak menghapus ketertarikan gue buat mengikuti komik ini. Kayanya bakalan seru!
Ah, komik versi Indonesianya dijual dengan harga kalo gak salah 20 rebu dengan cover yang berbeda dengan edisi aslinya yang gue tampilin gambarnya di sini. Dijual di toko buku dan agen majalah juga... Ntar cari deh...
official site: http://www.the99.org
BUS-F@*+!~*-WAY!!
Dan bukan perjalanan yang sukses juga bisa gue bilang. Perjalanan yang biasanya bisa gue tempuh kurang dari sejam dengan motor, akhirnya mesti dilalui satu setengah jam dengan busway, terhitung dari saat gue menjejakkan kaki di terminal Ragunan. Jumlah bis yang datang ternyata tidak berbanding dengan penumpang yang menumpuk di termilan Ragunan. Belum lagi mas-mas dan mbak-mbak para profesional Jakarta yang rapih dan wangi itu ternyata bisa berubah jadi barbar kalau sudah urusan mengantri. Tidak bisa tertib, dorong-dorongan seperti aliran moshing di konser metal, dan begitu ditegur petugas malah balik marah, "Mana bisa tertib kalo udah banyak orang begini? Panggil dong bis yang banyak ke sini, gimana sih?" :D Yang lebih menjengkelkan, adanya mbak-mbak yang ada di depan antrian dan menolak masuk ke bis karena dia sudah tidak dapat duduk. Mbak-mbak ini dengan sendirinya menghalangi orang-orang di belakangnya yang rela berdiri asal terangkut. Belum lagi, bapak-bapak yang dengan muka tebal ikut masuk bersama rombongan ibu hamil yang memang didulukan. Setengah jam di dalam halte tak berAC yang pagi itu terasa sekali sumuknya membuat gue melihat karakter orang yang aneh-aneh...
Setelah lima bis kemudian, akhirnya gue dan Dewi terangkut juga. Berdiri di dekat pintu belakang, Dewi optimis bisa sampai tepat waktu ke kantor empat puluh lima menit lagi. Harapan itu kemudian pupus lima menit kemudian setelah melihat betapa jalur busway sepanjang Buncit sudah dipenuhi oleh motor, mobil pribadi, dan bis-bis yang mau ikutan bebas hambatan. Jadilah kita menghibur diri dengan membahas hal hal retoris yang sebenarnya tidak perlu dibahas karena gak ada juntrungannya, semisal kenapa orang Indonesia sulit sekali diajak tertib, kenapa kemacetan jakarta sulit sekali diatasi, kenapa Dhani Ahmad begitu menjengkelkan, kenapa gue sampe sekarang tidak boleh memelihara kumis, dan sebagainya.
Gue yang gak punya jam masuk kantor akhirnya santai-santai saja, tokh begitu gue sampe tetep gue jadi yang paling pagi :D. Yang mengganggu pikiran gue adalah gue gak bisa menghilangkan ingatan gue akan Sutiyoso yang membanggakan proyek busway sebagai salah satu kesuksesan masa pemerintahannya. Sepertinya Sutiyoso naik busway cuma pada saat peluncurannya dulu dengan jalanan lengang dan dijaga polisi. Sutiyoso dan orang-orang yang memberinya award pasti belum pernah naik busway seperti ribuan warga Jakarta setiap harinya. Busway buat gue jauh dari sukses karena belum bisa memenuhi janjinya mengurai kemacetan. Kurangnya armada, kurangnya angkutan-angkutan feeder, sampai fasilitas di terminal membuat agak sulit memaksa warga Jakarta beralih dari kendaraan pribadi yang lebih fleksibel ke busway yang sulit diandalkan. Jangan ngomong soal koridor enam, koridor satu yang legendaris pun tak serta merta bebas masalah. Menurut hemat saya (cih, kaya pejabat aja :P), seharusnya pemda DKI memfokuskan untuk membenahi koridor-koridor yang ada dulu sebelum tergopoh-gopoh bikin macet dimana-mana dengan membangun koridor busway baru. Kalo Busway sudah terbukti menepati janjinya yang mengurangi kemacetan dan tidak merusak lingkungan, mestinya warga Pondok Indah, Sunter, dan calon terlewat busway lainnya tidak akan menolak kehadiran Busway ini...
Ngomong-ngomong, Pak Sutiyoso kan sekarang udah jadi warga sipil, ayo dong kemana-mana naik busway, sambil promosi gitu.. :D
Minggu, 28 Oktober 2007
Sontoloyo
Sampai dua hari lalu saat gue sedang menonton TV, mulut gue tiba-tiba berujar, "SONTOLOYO!". Dan saat itu gue sedang tidak menonton sinetron.
Flashback beberapa tahun yang silam, saat itu kantor gue menerima pekerjaan pitching dari sebuah perusahaan baru yang akan mengeluarkan produk minuman kesehatan. Berbagai macam konsep dan layout kita tawarkan dan presentasikan. storyboard sampe desain packaging, dan pada akhirnya kita terdepak dengan sukses. Itu biasa. Bahwa kita tidak dibayar apapun untuk semua pekerjaan kita tadi pun itu biasa di Indonesia sini. Tapi yang mengagetkan adalah pada saat mereka kemudian melakukan launching produknya, kita dibuat terbengong-bengong melihat iklan satu halaman di harian ternama ibukota dengan layout yang mirip dengan yang kita presentasikan. Gak persis sih, tapi keliatan lah miripnya. Sampe kostum talentnya mirip... Hebat...
Saat itu kita mikir mungkin emang kita lagi sial berhubungan dengan orang yang salah. Karna sulit juga membuktikannya, kita akhirnya pasrah saja... (gak ding, gue masih agak dendam :D)
Lalu kita kembali ke tahun 2007. Beberapa bulan yang lalu kita mengikuti proses pitching untuk sebuah produk obat esek-esek. Setelah berapa lama, akhirnya diputuskan bahwa kita pemenangnya. Tumpengan ditunda sampai kontrak kerjasama ditandatangani. Sementara itu kita sudah diminta membuat materi-materi POS dan persiapan buat iklan televisi. Untuk yang satu ini agak alot karena ternyata mereka tidak punya cukup uang untuk membuat iklan yang mereka mau. Akhirnya penyesuaian dilakukan, dan beberapa storyboard kemudian, persiapannya sudah semakin matang.
Dan dua hari yang lalu, di televisi, gue melihat iklan televisi produk obat esek-esek tersebut sudah tayang, entah siapa yang membuat! Dan parahnya itu memakai cerita yang pernah kita ajukan tapi mereka tolak. Bos gue pun ternyata tidak tahu menahu dan pada saat gue tanyakan lebih lanjut, beliau tidak yakin bahwa kontrak kerjasama sudah ditandatangani. Padahal kita sudah melakukan begitu banyak pekerjaan buat mereka.
Sakit hati rasanya pada saat kita berusaha profesional dan memenuhi kebutuhan klien, kita diperlakukan seperti anak esema lagi cari sidejob. Ya itulah yang gue maksud dengan sontoloyo...
Kamis, 25 Oktober 2007
Cap's new costume...

Sembilan bulan setelah dibunuh oleh Marvel, Captain America akan bangkit lagi pada edisi ke 34, Januari 2008 mendatang. Akan ada orang baru yang memakai kostum Captain America yang juga didesain baru oleh Alex Ross. Sebagai penggemar hal jadul, Alex mengambil inspirasi dari serial tv taun 40-an yang menggambarkan Cap dengan desain yang berbeda. Maka Cap yang baru ini mengandung warna hitam, berpakaian seperti dari metal, dan membawa pistol!
Captain America membawa pistol! Ini kan sama aja nyuruh Superman membunuh!
Apakah ini tanda bahwa paradigma kepahlawanan dari Marvel sudah bergeser? Apakah ini tanda bahwa Marvel menganggap 'necessary killing' adalah hal yang wajar dan relevan di jaman modern ini dan secara tidak langsung merupakan sikap politik Marvel bahwa Amerika yang modern adalah Amerika yang membunuh jika itu diperlukan (untuk menegakkan HAM dan demokrasi, American dreams, dan apple pie, mungkin?) Hmmm... sepertinya gue mikirnya kejauhan :D Btw, gue jadi penasaran juga kaya apa Cap yang baru ini...
sumber : http://marvel.com/news/comicstories.1640
Di kebon
Toilet pemecah rekor!

Atas saran bapak Roel, dalam perjalanan pulang ke Jakarta gue menyempatkan diri mampir ke sebuah SPBU di daerah Tegal. Ini bukan SPBU sembarang SPBU, tapi ini adalah SPBU yang memecahkan rekor MURI karena memiliki 67 toilet bersih yang dilengkapi CCTV. Bukan, bukan buat mengintip pengunjung yang sedang pipis, tapi untuk memantau kebersihannya. Konon kalau kita menemukan toilet yang tidak bersih dan bau, bisa mengirimkan sms dan akan mendapat hadiah uang! Sungguh niat...
Berlibur ke kota...
Gue yang baru sekali ini menyetir ke Yogya harus dihadapkan pada kenyataan bahwa gue buta sama sekali jalan-jalan di sana. Bertanya pada orang pun seringkali kita rasakan tidak membantu karena biasanya kemudian kita dipandu dengan arah, "Nanti sampeyan ke timur...". Seakan-akan semua orang Yogya punya kompas di kepala mereka yang dengan gapenya bisa tau mana utara barat selatan dan timur. Hebat. Akhirnya gue meminta tolong digambarkan peta, dan hasilnya adalah dua lembar peta keramat dengan tulisan ceker ayam yang dengan ajaibnya bisa mengantarkan gue berkeliling Yogya dan kembali ke Magelang dengan selamat.
Di Yogya sendiri kita tidak mengunjungi pusat kota. Banyaknya turis bikin jalan Malioboro macet. Dan waktu kita di sana pun tidak banyak jadi lebih terpakai buat mengunjungi rumah sanak saudara. Tapi suatu sore yang cerah akhirnya kita beserta para sepupu dan keponakan yang kecil-kecil main ke alun-alun. Kebetulan di sana sedang ada pasar malam. Senanglah anak-anak kecil itu naik becak mini, naik odong-odong, dan favorit si Alif, mandi bola :D. Tadinya mau naik gajah, tapi melihat sepertinya keselamatannya meragukan, akhirnya batal.
Malamnya kita diajak makan bakmi yang kalo di Jakarta namanya bakmi Yogya. Kalau di Yogya namanya bakmi saja :D. Anehnya tempatnya agak di pedalaman. Masuk kampung yang kiri kanannya sawah, dan tempatnya gelap remang-remang agak seperti set sinetron misteri. Tapi karna enak ya gue sih gak protes. Abis dua piring lagi :D
Selasa, 23 Oktober 2007
Berlibur ke desa...
Dari Jakarta kita berangkat hari Senin jam enam kurang sedikit pagi. Udara masih enak dan jalanan sepi. Sampai di tol Cikampek, kita berhenti di tempat peristirahatan km 57 karena melihat ada posko lebaran dari produsen ban Dunlop yang menyediakan cek ban gratis. Lumayan karena kemaren belum sempet ngecek ban. Dapet stiker dan topi segala lagi. Dari Cikampek jalan terus cenderung sepi, membuat perjalanan jadi menyenangkan. Di Tegal kita berhenti sebentar buat makan siang dan sholat, lalu melanjutkan perjalanan lagi. Yang seru pada waktu kita belok kanan di Weleri buat turun ke arah Temanggung. Jalan yang pas dua mobil dan berliku-liku membuat gue merasa di Gunung Akina mengendarai Toyota Trueno, sibuk drifting menghindari bus dan truk yang ikut-ikutan ngepot. Jam empat lebih akhirnya kita sampai ke Payaman, Magelang.
Payaman adalah desa kecil yang terletak di jalan antara Semarang-Magelang. Desa ini dikelilingi oleh areal persawahan dan gunung. Rumah yang kita tinggali dulunya adalah rumah nenek dan kakek almarhum yang sekarang sudah direnovasi dan ditinggali paklik sekeluarga. Sangat mudah menemukan mushola di sana, bisa dibilang hampir tiap 300 meter ada mushola yang berfungsi sebagai tempat sholat rutin warga sekitar. Penduduk situ sholat lima waktu di mushola, sesuatu yang menurut Dewi menyenangkan. Di Jakarta, mushola yang ada di dekat rumahnya Dewi hanya diisi oleh laki-laki saja. Dewi juga takjub melihat bahwa semua rumah yang terletak di satu jalan itu masih satu keluarga. Jadi kalau rumah yang kita tinggali kebetulan hendak didatangi tamu, kita tinggal pindah ke rumah seberang, atau sebelahnya lagi :D
Di Payaman ini hidup begitu sederhana. Selama di sana gue jarang sekali menonton TV kecuali melihat berita memantau arus mudik. Waktu-waktu dihabiskan dengan bermain bersama sepupu gue yang lucu-lucu dan Alif yang sepertinya bersemangat karena diperbolehkan menjelajah kemana-mana. Di hari terakhir kita sempat bermain ke Kalibening, pemandian kelas rakyat tempat gue dan sepupu-sepupu gue dulu sering berenang waktu kecil. Pemandian yang berada di bawah lembah ini diairi oleh air sungai yang jernih. Kolam dalamnya malah dulu sering ada ikannya :D. Pengalaman baru buat gue setelah berenang ramai-ramai makan... tahu dan tempe bacem! Digado aja kaya makan gorengan biasa. Pemandian itu sekarang keadaannya hampir gak berubah sejak terakhir gue ingat, sayangnya hanya lebih kusam karena kurang terawat.
Liat foto-fotonya di sini

Senin, 22 Oktober 2007
Hari Raya 2007

Dimulai dengan niat dan bismillah, tahun ini kita merayakan Idul Fitri pada hari Jumat tanggal 12 Oktober 2007. Agak mendadak juga setelah sebelumnya didiskusikan dengan serius setelah mendengar pengumuman pemerintah di televisi. Bingung, kita sempat kesulitan mencari tempat shalat Ied, kecele di Blok S, kita langsung meluncur ke Slipi. Agak telat datangnya, tapi yang penting sampai...
Di lapangan ini, keluarga Cilandak dan Buncit bertemu, dan si Alif setelahnya sibuk bermain-main di lautan kertas koran...
Rabu, 10 Oktober 2007
Sony Bravia
Lho, udah mau lebaran lagi?
Kalau ada isi multiply ini yang menyinggung, baik salah ketik, postingan gambar dan video yang terlalu 'mengundang', analisis yang ngawur, curhat yang kelepasan, kata-kata yang kurang ajar, tolong jangan diambil hati, dimaafkan saja karna saya memang sering khilaf. Sering salah. Dan memang sering kurang ajar.
Semoga yang berpuasa juga diberi ampunan segala dosa-dosa, dan puasanya kali ini membawa berkah kebaikan, dan diridhoi oleh Allah SWT.
Amin.
-segenap kru anakhalal.multiply.com

Senin, 08 Oktober 2007
Lagi-lagi perihal si tetangga yang kurang ajar...
Selasa, 09/10/2007
JAKARTA (SINDO) – Istri Atase Pendidikan pada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Muslianah, menjadi korban perlakuan semena-mena aparat Malaysia.
Dia ditangkap petugas razia imigran gelap setempat. Atas perlakuan ini, KBRI di Kuala Lumpur melayangkan nota protes keras kepada Malaysia. Menurut Sekretaris III Konsuler KBRI Kuala Lumpur Eka Widyantiningsih, nota protes itu berisi keberatan KBRI Kuala Lumpur terhadap perlakuan tidak manusiawi dan tidak wajar yang dilakukan anggota Rela,Malaysia.
Rela adalah organisasi relawan rakyat di Malaysia yang sering melakukan razia imigran gelap asal Indonesia. ”Beliau (Muslianah) telepon saya pukul 18.30 (waktu Malaysia) dan mengeluh kejadian yang menimpanya. Setelah itu kami memutuskan untuk melayangkan nota protes,”terang Eka ketika dihubungi SINDO dari Kuala Lumpur,kemarin.
Eka menjelaskan, peristiwa penangkapan terjadi saat Muslianah sedang mengambil pakaian hasil jahitan di sebuah pusat perbelanjaan di Chow Kit, Kuala Lumpur, pukul 15.00 waktu Malaysia. Tiba-tiba, Muslianah dihampiri dua orang petugas Rela yang meminta kartu identitasnya.
Muslianah, yang saat itu ditemani pembantunya, langsung mengeluarkan kartu identitas sebagai keluarga diplomat karena dia adalah istri pejabat Atase Pendidikan di Malaysia, Imran Hanafi. Kartu tersebut merupakan identitas keluaran Kementerian Luar Negeri Malaysia,namun petugas Rela tidak percaya.Mereka meminta paspor Muslianah yang asli, bukan fotokopi.Sayang saat itu Muslianah tidak membawa paspor asli.
”Seharusnya, dengan menunjukkan kartu identitas sebagai istri pejabat Indonesia, beliau segera dilepaskan,” jelas Eka. Bukannya dilepas, yang terjadi kemudian Muslianah bersama pembantunya digiring ke pom bensin yang lokasinya tidak jauh dari Chow Kit. Muslianah, pembantunya, dan beberapa orang Indonesia yang dituduh tidak memiliki kartu identitas dikumpulkan di pom bensin tersebut.
”Sayangnya Bu Imran (Muslianah) tidak menanyakan dan tidak mengingat nama petugas Rela itu. Beliau hanya ingat satu lelaki keturunan India dan satu petugas lain.Di pom bensin itu juga banyak polisi Malaysia,” terang Eka. Akhirnya, setelah sekitar satu jam berada di pom bensin itu, Muslianah menghubungi anaknya dan meminta dibawakan paspor asli hingga kemudian dibebaskan petugas Rela.
Menurut Eka, tindakan yang dilakukan petugas Rela itu tidak wajar mengingat Muslianah adalah istri diplomat Indonesia.Apalagi, saat razia Muslianah sudah menunjukkan kartu identitas dengan jelas. Di Malaysia, Rela merupakan petugas seperti jajaran pertahanan sipil (hansip) di Indonesia. Mereka bukan petugas resmi dalam struktur kepolisian Malaysia.
”Mereka dijanjikan akan diberikan 80 ringgit untuk setiap penangkapan warga negara lain yang tidak memiliki permit di Malaysia. Mungkin ini (jumlah uang) yang mereka kejar-kejar,” tandas Eka. Eka menjelaskan, saat ini nota protes tersebut sudah dikirimkan dan sudah berada di meja Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaysia, selanjutnya diteruskan ke Kementerian Luar Negeri Malaysia.
Dalam nota protes keras tersebut, KBRI berharap agar dua petugas Rela tersebut segera diperiksa. Namun,target waktu pemeriksaan diserahkan kepada aparat penegak hukum Malaysia. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Y Kristiarto Soeryo Legowo mengatakan, nota protes keras ini ditujukan untuk meminta penjelasan kejadian penangkapan Muslianah.
”KBRI Kuala Lumpur merupakan kepanjangan tangan kita, jadi kita sudah mengetahui pengiriman nota protes keras seputar kejadian itu,” terangnya. Kristiarto juga menyebut penangkapan itu semena-mena karena dilakukan terhadap istri pejabat KBRI di Kuala Lumpur.”Itu hal yang tidak bisa kita terima,”tegasnya. Mengenai rencana pemanggilan Dubes Malaysia untuk Indonesia, dia menjelaskan hal itu akan dipertimbangkan. Namun, dia akan terlebih dulu menunggu perkembangan nota protes tersebut.
Penghinaan
Terhadap tindakan semenamena pihak Malaysia,Wakil Ketua Komisi I DPR Arief Mudatsir Mandan meminta negeri tetangga itu lebih menghargai warga negara Indonesia yang ada di sana. Karenanya dia mendukung langkah KBRI untuk mengeluarkan nota protes. Arief mendesak pemerintah memberikan tindakan atas sikap Malaysia itu. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menunda penempatan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia.
”Di sana, saat ini belum ada dubes kita. Kalau Malaysia terus berbuat seperti itu, ya kita tunda saja penempatan dubes,” ujar Arief kepada SINDO tadi malam. Menurut Arief, Pemerintah Indonesia juga bisa menurunkan tingkat diplomasi dengan Malaysia sebagai bentuk protes keras.Tidak menempatkan duta besar di negeri jiran tersebut, misalnya, tetapi hanya ditempatkan seorang kuasa usaha.
”Mungkin dengan itu Malaysia agak mikir sedikit,” tukasnya. Senada dengan Arief, anggota Komisi I DPR Sutradara Gintings meminta pemerintah untuk tidak mengirim dahulu duta besar ke Malaysia hingga kasus yang merugikan Indonesia mendapat respons jelas.
”Dengan itu mereka akan sadar bahwa ada masalah serius dengan kita.Kalau cuma reaksi biasa saja, ya akan dianggap angin lalu,” katanya. Kolega Sutradara Gintings di Komisi I, Djoko Susilo, bahkan sudah menyebut tindakan Malaysia itu sebagai penghinaan terhadap bangsa.
Pemerintah diminta bertindak keras karena perlakuan itu sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Sebelumnya, dalam rapat kerja dengan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Komisi I DPR mendesak agar pemerintah lebih tegas menyikapi Malaysia. Desakan itu terkait dengan berbagai tindakan semena-mena Malaysia terhadap Indonesia, misalnya dalam masalah tenaga kerja Indonesia, illegal logging, penganiayaan wasit karate, hingga pemakaian lagu Rasa Sayange untuk promosi pariwisata Malaysia.
”Besok kita tidak tahu apa lagi. Apakah Saudara Menlu (Menteri Luar Negeri) tidak dorong Saudara Presiden dan Panglima (TNI) untuk lebih tegas. Kalau jalan sendiri-sendiri (mungkin terlihat) tidak tegas, tapi kalau bersama kan bisa. Itu kan semboyannya,” ujar anggota Komisi I Permadi.
Menurut Permadi, jika pemerintah tidak lebih tegas pada Malaysia, negara satu rumpun tersebut akan terus menginjakinjak harga diri bangsa Indonesia. Anggota Komisi I lain, M Junaedi, mengusulkan agar pengiriman TKI ke Malaysia dihentikan saja. ”TKI yang di sana kita tarik saja. Nanti bagaimana pekerjaannya di sini, itu mari kita pikirkan bersama,” usulnya.
Menanggapi hal itu, Menlu Hassan Wirajuda menyatakan terus berupaya memperbaiki hubungan dua negara.Pertemuan antara kedua kepala negara juga terus dijadwalkan. ”Intinya ada forum untuk membangun hubungan Indonesia dan Malaysia secara baik,” terangnya. (susi/dian widiyanarko/ sofian dwi)
--------------------------------------------------
DIKMENTIDKI.go.id " Education News Of Jakarta City "
Sebagai lembaga yang mengurusi pendidikan tinggi se-ibukota Indonesia, seharusnya mereka cukup terdidik untuk:
1. Menyewa penerjemah betulan; atau
2. Ngotot pake bahasa Indonesia aja dengan alasan untuk memasyarakatkan penggunaan bahasa nasional
:D
btw, ada yang tau apa kepanjangan Dikmentidki sebenernya?
Jumat, 05 Oktober 2007
Paprika

Rating: | ★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Animation |
Paprika bersetting di dunia masa depan yang gak jauh-jauh amat. Di masa itu sudah ditemukan sebuah alat yang mampu membuat manusia melihat, merekam, dan lebih jauh lagi, mengintervensi mimpi seseorang. Alat yang bernama DC Mini ini sudah diujicobakan pada subyek manusia dengan hasil memuaskan, dan meskipun belum mendapat persetujuan, kepala risetnya Dr. Atsuko Chiba sudah menggunakannya secara illegal untuk membantu pasien-pasien gangguan kejiwaan di luar fasilitas risetnya. Dalam aksinya, Atsuko masuk ke mimpi orang-orang yang ditolongnya sebagai Paprika, alter egonya yang merupakan perwujudan dari 'cewek impian' berwajah imut berambut merah.
Masalah kemudian timbul saat beberapa unit DC Mini dicuri. Alat yang belum sempurna ini ternyata kemudian disalahgunakan sehingga menyebabkan gangguan jiwa pada beberapa orang. Para korban menjadi tiba-tiba bermimpi padahal tidak sedang tertidur. Untuk menyelidikinya, Atsuko, sebagai Paprika masuk ke mimpi para korban untuk mengetahui siapa dibalik kejadian ini.
Film berdurasi 90 menit ini membawa film anime bertema psikologis ke tingkat yang baru. Hobi Satoshi Kon mencampuradukkan dunia nyata dan imajinasi di sini dipuaskan dengan menggambarkan dunia mimpi yang absurd dan seringkali disturbing (damn, I HATE TALKING DOLLS!).
Meskipun seringkali film ini gak masuk di akal, cara terbaik menonton film ini adalah dengan menelan aja semuanya dan nikmati keabsurdannya. Pernah ngerasa inget mimpi lu semalam dan pada saat lu mencoba menceritakannya ke orang lain, tiba-tiba terasa gak masuk akal? Nah kira-kira sensasinya sama deh dengan nonton film ini. Malah bagian favorit gue adalah mencoba mengerti dialog orang-orang yang sedang ada di dunia mimpi. Contohnya gini:
"The widow who tells fortunes in the shade of roof tiles! The response is sunny!
The sign is good fortune! The ceiling fan brings a message releasing epithets!
The maiden who sleeps under the veranda has a pulse! This is the way out! The secret of this view is deep within 10-year loan payment!"
Yang nulis naskahnya pasti pusing ^_^
Karakter Paprika sendiri adalah karakter yang menyenangkan. Pernah ngalamin elu bermimpi tapi lu sadar kalo lu sedang ada di dalam mimpi? Jadinya tiba-tiba lu bisa menjadikan apa yang lu kehendaki di mimpi lu itu? Paprika kira-kira tokoh seperti itu. Secara sadar dia mengubah realitas dunia mimpi yang berprinsip 'apapun mungkin' sebisanya untuk membantu pasien-pasiennya. Hasilnya adalah adegan-adegan aksi yang ajaib.
Anyway, karena memang ceritanya agak rumit, sepertinya film ini bukan anime yang bisa dinikmati oleh anak-anak. Tapi buat penggemar film-film absurd tapi indah dan mengasyikkan secara visual, film gue rekomendasikan.
Kamis, 04 Oktober 2007
Pertamina Passport: Pasti Pas.. Ngawurnya!

Sebagai konsumen Pertamax, gue jelas tertarik. Tapi ini merupakan tantangan tersendiri, karena periode program tak sampai satu bulan (10 September sampai 5 Oktober). Kalau dihitung konsumsi rata-rata motor gue, sepertinya sampai periode habis, gue gak bakal sampai 25 poin. Gue jadi mikir gimana orang yang motornya lebih irit dari gue yang skutik ini? Pasti mereka lebih kesulitan lagi. Kayanya program ini lebih cocok buat orang yang motornya besar dan boros, atau yang biasa bermotor dari daerah pinggiran Jakarta, atau tukang ojek. Dan gue bukan ketiganya.
Untuk mobil lebih ambisius lagi. Pemenang pertama harus mengumpulkan 200 poin (hadiahnya jaket), pemenang kedua 150 poin (jadiahnya termos air panas), dan pemenang ketiga 100 poin (hadiahnya bantal leher tiup). Dibanding motor, hadiah buat mobil lebih gak mutu kalo dihitung berdasarkan nilai uang yang harus dikeluarkan buat beli ratusan liter pertamax itu. Untungnya gue cuma naik motor.
Sepertinya program ini dibuat untuk mempopulerkan SPBU Pertamina yang bertanda Pasti Pas! karena poin hanya bisa ditukar di SPBU yang bertanda Pasti Pas! itu. Ini tantangan lagi, karena dari enam SPBU Pertamina yang gue lewati dalam rute gue pulang pergi tiap hari, hanya satu yang bertanda Pasti Pas!. Tapi gue lebih kasihan sama saudara-saudaraku di Jakarta Utara sana, karena di sana hanya ada satu SPBU Pasti Pas! ini :D
Hari ini, hari terakhir program, gue sengaja memutar lebih jauh setelah menurunkan Dewi di kantornya untuk mengisi bensin di SPBU Gatot Subroto. Setelah pengisian, terhitung poin gue 21, tepat seperti dugaan gue sebelumnya. Lalu gue memarkir motor gue di depan tenda tempat mengklaim poin dan hadiah. Melihat banyak pengendara bermotor berkerumun sambil bermuka masam, gue jadi merasa gak enak.
Ternyata benar, semua hadiah tidak ada di tempat, katanya masih dalam perjalanan. Yang parahnya lagi, untuk hadiah pertama sudah habis dari kemarin. Seorang pengendara motor yang sudah mengumpulkan 26 poin marah dan kecewa, menganggap program ini seperti main-main saja. Seorang mas-mas yang sudah mengumpulkan 40-an poin pasrah dan mau menerima hadiah apa aja yang ada. Gue bertanya, kapan hadiahnya datang, dan mbaknya gak bisa menjawab karena gue yakin dia juga gak tau. Tadinya gue berpikir, apa gue tunggu aja daripada mesti bolak-balik lagi ke sini. Setelah lama gak ada tanda-tanda datang dan semakin banyak orang berkerumun dan kecewa, gue mulai bete. Gue mulai berpikir-pikir, yang gue tungguin ini berharga buat ditungguin gak sih? Tapi ini hak gue, kalo gue gak dapet gue juga kesal. Lagi mikir-mikir gitu seorang mas-mas datang dan bertanya, kenapa mesti menyerahkan fotokopi KTP. Si mbak bilang supaya laporan ke kantornya gampang. Dan gue tidak membawa fotokopi KTP juga karena syarat itu tidak pernah disebutkan di Syarat dan Ketentuan yang gue pengang! Now this is REALLY annoying...
Setelah gue mikir-mikir gak tau di mana bisa nemu tukang fotokopi di daerah situ, akhirnya gue putuskan gue tinggal aja ke kantor. Gue jelas kecewa berat. Gue kecewa sama Pertamina yang dari awal gue nilai gak serius dengan program Pasti Pas! ini. Kalo emang punya standar pelayanan yang mau bersaing dengan SPBU swasta, kenapa gak diberlakukan di semua SPBU Pertamina? Sampe sekarang gue masih denger banyak SPBU curang yang beroperasi (jangan ngisi di SPBU Kemang!). Gimana mau bersaing kalo caranya setengah-setengah gini? Dan buat agency penyelenggara program ini, duh kok ya amatiran banget. Masa gak punya perkiraan soal distribusi dan jumlah hadiah yang dibutuhkan? Padahal nama agencynya termasuk yang paling wahid di negeri ini. Kecewa gue kecewa...
Nanti malem gue coba lagi deh sambil pulang. Kalo gak dapet juga, kayanya gue bakal mikir-mikir lagi buat percaya sama Pertamina... biarpun tandanya Pasti Pas!