Kamis, 26 Juli 2007

Lost Prophets - Cry Me A River




Grup ben agakagak hipmetal mengcover lagu Justin Timberlake dalam sebuah pertunjukan live...

Ikan kecil di kolam besar...




Wiken kemarin, secara iseng-iseng gue dan Dewi merubah acara mandi pagi jadi berenang. Gak berenang juga sih, secara cuma di kolam tiup kecil :D. Tapi ini diniatin supaya Alif belajar berada di air yang agak banyak sebelum dicemplungin ke kolam renang beneran. Walhasil dia sibuk gelagepan dan awalnya gak mau nyemplung tanpa dipegangin, atau tanpa Dewi ikutan nyemplung *soalnya bapaknya gak muat :D*. Padahal tinggi airnya sama dengan kalau dia mandi di bak biasa..

Ayo berlatih!

Jadi inget...

Beberapa minggu lalu, sebuah sms nyampe di henpon gue. Gak ketahuan siapa pengirimnya, gue pikir itu salah satu contact gue yang nomornya terhapus waktu henpon gue diservis. Yang bikin gue mengerenyitkan dahi itu isi smsnya:

"Selama ini di rumah kt sdh tdk ada keindahan sama sekali. hsl jerih payah yg mkn bs menciptakan keindahan, hasilnya nol, suasana panas dan gersang"

Gue agak panik, kayanya ni orang lagi ada masalah. Tapi gimana gue ngebantunya kalo gue gak tau dia siapa? Mau ngebales, "Ini siapa ya?" kok kayanya kurang ajar dan bakalan malah bikin ilfil. Gue ngecek nomernya ke Dewi dan temen-temen gue, mereka gak ada. Jangan-jangan cuma sms nyasar. Tapi gimana kalo misalnya itu keluarga ato temen gue? Sepertinya hal begitu gak bisa diobrolin atau ditanyain dengan tiba-tiba. Dugaan sok tau gue, mesti ini ada masalah dengan pernikahannya. Ngobrolin beginan mesti ada momen khusus. Dan momennya udah lewat karna gue gak tau gue lagi diajak ngobrol sama siapa. Aarrggh...

Siapapun yang mengirim sms ini, yang sabar ya... Mudah2an Allah membukakan jalan.

Sepenggal koran sebelum berangkat tadi pagi...

Indonesia Kapten Kesebelasan Dunia
Jum'at, 27/07/2007

KAPTEN kesebelasan dipilih bukan hanya karena kepemimpinan dan daya organisasinya, tapi juga afdhal kalau karena ia all-rounds: jangankan di saat darurat menggantikan posisi di belakang,depan atau tepi, jadi kiper pun siap.

Olimpiade fisika, biologi, berbagai invensi riset-riset sains di kalangan pelajar, Indonesia langganan juara.Teater anak-anak, Indonesia juara. Juga silakan jenis seni apa pun, jika diperlombakan di tingkat dunia, kualitas Indonesian Idol haqqulyaqin berani tanding lawan American idol.

Bikinlah riset tentang peran patriot-patriot pakar-pakar Indonesia di berbagai perusahaan dunia yang tidak diacuhkan di negerinya sendiri. Tunggulah invensi teknologi garda depan buah karya putra bangsa kita di Jepang yang akan mengubah secara radikal konstelasi pasar dunia. Bidang-bidang apa saja, silakan sebut, yang bangsa Indonesia tidak potensial untuk unggul.

Kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, ijtihad makanan, metamanajemen, kreativitas hidup, survivalisme, ketangguhan mental, kenekatan, apa saja yang bangsa lain belum tentu memiliki kemampuan semacam itu. Jumlah orang pintar dan enak mengaji di Indonesia bisa seratus kali lipat dibanding di Arab Saudi. Suruh pemuda pemudi di kampung, di kafe,restoran,dan warung, suruh nyanyi jazz, blues, country, cengkok negro terbaru, kasidah Arab klasik, modern atau apa saja. Minta pula satu penyanyi Amerika menyanyikan ”Es Lilin” atau ”Yen Ing Tawang Ono Lintang”.

Utusan masyarakat Mesir mengantarkan dana untuk Indonesia yang krisis. Begitu masuk Jakarta dia batalkan niat itu karena bengong: ”Lho, mana krisisnya?”Jutaan orang lalu lalang belanja barang mewah di sana-sini,makan sedap di setiap tempat.

Dibanding Kelapa Gading saja, Kairo kalah putaran uangnya dan fasilitas kemewahannya. Ini negara mengalami krisis tak habis-habis, tapi di sana sini orang hidup mewah, makan banyak, beli ini itu tak pernah sepi. Ini negara selalu dilaporkan segera collapse, tapi tertawa dan senyum dan dadaag dadaag di sana sini, bahkan koruptor melambaikan tangan ke kamera televisi dengan senyum cerah.

Gordon Brown menonton pertunjukan satu kelompok musik Indonesia di London, kemudian di akhir acara berpidato, menganalisis, dan menguraikan: ”Musik yang barusan kita nikmati,ragam bunyinya, pola aransemennya, sikap budaya dan kemanusiaan yang melatarbelakangi proses penciptaannya, saya temukan bisa menjadi contoh formula tata dunia yang akan kita bangun bersama. Ialah semua unsur budaya, semua lingkar bangsa- bangsa,semua agama,keyakinan dan ideologi, bersama-sama mengupayakan titik temu, peluang kerja sama, dengan semangat perdamaian dan prinsip demokrasi, membangun sebuah peradaban baru milenium semesta yang indah”. Kemudian dia menjadi Perdana Menteri Inggris. Aspirasi yang sama dipidatokan oleh Wali Kota Teramo sesudah menyaksikan pertunjukan sebuah grup musik Indonesia di kotanya.

Mengkhususkan diri pada salah satu nomor musik agak panjang yang diangkat dari lagu Kalimah penyanyi Majdah Rumi, seorang Kristiani Lebanon, yang diaransemen menggunakan gamelan dan dengan watak serta cengkok Indonesia. ”Ini lagu Timur Tengah, disuarakan dengan logam-logam Indonesia yang masyarakat Italia masih sangat asing kepadanya, tetapi di dalam nomor itu kita sangat bisa menemukan Italia, merasakan dunia Barat dan Timur sekaligus dalam satu harmoni, menikmati hampir semua aransemen dari berbagai aliran musik.

Dunia dan seluruh umat manusia dipersatukan dalam keindahan, cinta dan semangat untuk menyatu. Bahkan, ketika gamelan membunyikan notasi Sole Mio, telinga Teramo saya merasa aneh tapi hati Itali saya menikmati keindahan yang tak kalah dibanding yang biasa kita rasakan.” Gubernur Ismailia di akhir pertunjukan musik Indonesia berpidato dengan ungkapan sufi: ”Inilah Andalusia yang hilang.Saya menangis dan andaikan boleh menawar sejarah,saya mau tidak pernah ada Perang Salib atau Perang Sabil.

Saudaraku semua dari Indonesia, kalian telah menjadi bagian dari hati kami bangsa Mesir, kalian sudah menjadi penduduk Kota Ismailia dan saya akan masuk neraka kalau ada di antara saudara-saudaraku yang tidak bergembira hatinya selama berada di Ismailia.” Kapan-kapan, kalau ada luang waktu, saya kisahkan tentang ”Kapten Indonesia” memprasastikan partitur dan demung di Conservatorio di Musica San Pietro A Majella, Napoli.

Saron Gundul Pacul di Gedung Dunia Kemlu Jerman, Berlin. Di Goumhuriyya, Kairo,tempat bersinarnya Kaukab as-Syarq, si Bintang Timur. Di Vatican, I’ll Papa I’ll Papa... Cobalah tengok masa depan dunia,di mana letak China, India, dan Indonesia. Beberapa tahun lalu, Newsweek edisi Asia mengumumkan 5 Asian Trend Makers, lima figur penggiring kecenderungan, memengaruhkan suatu gejala atau formula perilaku atau kreativitas budaya dalam skala massal, salah satunya adalah orang Indonesia.

Tapi bangsa Indonesia tergolong manusia jenis kedua: orang yang hebat tapi tak tahu bahwa dia hebat. Jenis pertama orang hebat dan tahu dia hebat. Jenis ketiga orang tak hebat tapi tahu kalau dia tak hebat.Keempat orang tak hebat dan tak tahu kalau dia tak hebat. Jenis keempat ini suatu segmen dan kelas peradaban yang semakin hari kehilangan parameter hampir di segala bidang, dan berkuasa.

Dalam pusaran itulah Indonesia menjadi semakin tidak mengerti dirinya sendiri. Ketidakhebatan saja tidak dimengerti, apalagi kehebatan. Maka si Kapten Dunia tidak pernah mengerti dirinya. Ia sangat kagum dan takut kepada Rambo, karena tidak ingat bahwa Rambo itu khayalan yang diciptakan oleh orang yang kalah. Dan ternyata, khayalan orang kalah saja cukup untuk membuat kita takut kepada orang kalah itu.

EMHA AINUN NADJIB, Budayawan

diambil dari harian Seputar Indonesia

Selasa, 24 Juli 2007

Hot Fuzz

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Hari Minggu kemarin, gue menghabiskan waktu dengan leyeh-leyeh di rumah dengan nikmatnya. Lalu gue berpikir, hari yang menyenangkan itu akan semangkin lengkap dengan menonton film yang santai dan menghibur. Lalu gue menonton film ini yang ternyata memang menghibur.

Film ini bercerita tentang Nicholas Angel, polisi London dengan prestasi akademik jempolan, skill yang tinggi, dan pengabdian luar biasa, menjadikannya polisi yang hebat dengan rekor penangkapan tertinggi dalam sejarah kepolisian London. Saking berdedikasinya, pacarnya sampai meninggalkannya karena merasa dia terlalu mencintai pekerjaannya sebagai polisi. Angel juga begitu hebat, sampai petugas polisi yang lain jadi kelihatan jelek. Dan ini membuat atasannya memutuskan buat mengirimnya ke suatu tempat di mana skill-nya ini tidak akan terlalu membuat malu siapa-siapa. Dan atas perintah dia ditempatkan di sebuah kota kecil bernama Sandford.

Sandford adalah kota kecil dengan tingkat kejahatan amat rendah. Penduduknya amat akrab dan saling mengenal satu sama lain. Angel yang terbiasa dengan kehidupan London dipaksa untuk berbaur dengan gaya hidup pedesaan yang tenang dan santai. Di Sandford, ia dipasangkan dengan Danny Butterman, anak kepala polisi Sandford yang menggemari film-film aksi dan merasa bahwa Angel adalah perwujudan dari 'bad boy' sesungguhnya. Danny sangat ingin merasakan aksi kota besar dengan tembak-tembakan dan kejar-kejaran yang tidak mungkin ia dapatkan di Sandford.

Lama-kelamaan, Angel merasakan ada sesuatu yang janggal di kota yang tenang ini. Dengan tingkat kejahatan yang amat rendah, tingkat 'kecelakaan'-nya ternyata amat tinggi. Dan dia bersama Danny yang rindu aksi akhirnya membongkar rahasia gelap kota kecil itu.

Film ini diproduksi di Inggris, jadi sebagai film komedi punya taste yang beda dengan film aksi komedi buatan Hollywood. Tapi itu bukan hal jelek juga karena buat gue becandaan film ini lumayan kocak. Dan absurdnya, kadang-kadang ada adegan sadis penuh darah yang sebenernya lebih cocok ada di film horror. Simon Pegg yang memerankan Angel juga bermain pas sebagai polisi jagoan tapi kaku. Satu-satunya wajah yang gue kenal di sini adalah mantan bond Timothy Dalton yang berperan sebagai pemilik supermarket terbesar di kota itu. Penceritaannya memaksa penonton buat menebak plot dari film ini, yang biasanya memang untuk film jenis ini mudah ditebak, dengan meletakkan clue-clue yang kelihatan sengaja, untuk kemudian di akhir film tebakan kita itu dijungkirbalikkan dengan logika sebuah film komedi. Keren! Recommended buat yang pengen tontonan enteng dan menyenangkan.

Jadi pengen nonton Shaun of the Dead...

Jericho (season 1)

Rating:★★★★
Category:Other
Sambil nunggu season 2-nya Heroes, gue jadi gatel pengen nonton TV series lagi. Dan beberapa hari yang lalu gue membeli seri ini karna tertarik sama ceritanya.

Jake Green (Skeet Ulrich) memutuskan pulang ke kampung halamannya di Jericho, Kansas. Setelah merantau lima tahun dan gagal, ia bermaksud meminta uang warisan kakeknya yang dipegang ayahnya Johnston Green, walikota Jericho yang sedang menghadapi kampanye pemilihan walikota baru. Kepulangan Jake menjadi reuni kecil-kecilan buat semua orang yang kemudian bertanya-tanya kemana saja Jake selama ini. Dan Jake enggan menceritakannya, bahkan kepada keluarganya sendiri, dan ayahnya yang menolak memberikan uang tersebut karena masih melihat Jake sebagai laki-laki yang pantas.
Kecewa, Jake kemudian memutuskan untuk kembali ke San Diego. Namun di tengah perjalanan, ia melihat sesuatu yang mengerikan.

Ia melihat sebentuk awan cendawan di cakrawala.

Awan yang diperkirakan berasal dari Denver itu juga disaksikan seluruh penduduk Jericho. Kepanikan massal terjadi karena penampakan awan itu disusul putusnya semua saluran komunikasi dan listrik yang menghubungkan Jericho dengan dunia luar. Film ini kemudian menceritakan bagaimana penduduk kota itu berusaha untuk bertahan hidup di tengah ketakutan karena ketidaktahuan mereka akan apa yang terjadi di luar sana. Apakah bom itu hanya percobaan? Apakah Amerika diserang? Jika mereka berperang, dengan siapa? Jawaban dan pertanyaan lain terus menerus datang dan membuat cerita ini menjadi menarik.

Sepertinya memang gue hobi sama cerita yang berlatar belakang kota kecil. Semakin lama ditonton, semakin rasanya kita mengenal kota itu lewat karakter-karakternya. Itu juga yang bikin gue suka sama Gilmore Girls dan Eureka :D. Tapi di Jericho ini, pengenalan karakter ini jadi semakin menarik karena tokoh utamanya, si Jake Green ini, dibuat agak misterius. Dewi istri gue merasa dia sangat keren karena meski dalam cerita dikenal sebagai seorang screw-up yang meninggalkan masalah, dalam keadaan terpaksa dia bisa melakukan operasi darurat, tau tentang nuklir dan bahaya radioaktif, serta bisa membongkar dan mendengar isi kotak hitam :D. Hal-hal yang mencekam, ending episode yang gantung, disajikan dengan pas. Ah, sebenernya pengen kasih contohnya tapi takut malah spoiler :D

Anyway, seri ini di Amerika baru ditayangkan sampai season 2 setelah sempat dicancel karna ulah CBS. Di sini, dvd nakajab-nya sudah tersedia season 1-nya, yang dengan anehnya ikut format serial Heroes yang dirilis sebagian-sebagian. Recommended!

Rabu, 18 Juli 2007

Ada apa dengan Pocoyo?




Akhir-akhir ini, gue lagi demen banget sama acara satu ini. Pocoyo adalah acara TV untuk anak-anak preschool berupa animasi yang masing-masing cerita berdurasi sekitar 6-7 menit saja. Dalam waktu sesingkat itu, ceritanya biasanya memang mengandung unsur pelajaran, tapi dibuat simpel sesuai targetnya, dan terutama, lucu. Yang membuat gue begitu menggilai serial ini adalah meskipun ditujukan untuk anak preschool, selera humor yang ditampilkan sangat accessible untuk semua umur. Setidaknya orang tua yang mendampingi anaknya nonton tidak akan putus asa mencabut rambut sendiri seperti kalau nonton Dora atau Teletubbies misalnya. Lihat saja gambar 'penampakan' Pocoyo dan kawan-kawan di pendaratan Neil Armstrong di bulan, setting film King Kong, Star Wars, dsb :D

Dan dunia Pocoyo adalah dunia yang sangat simpel. Semua cerita terjadi di latar belakang putih. Props lain seperti benda-benda, awan, maupun pohon hanya ada jika ceritanya mengharuskan. Selain tokoh utamanya si anak 4 tahun penuh keingintahuan Pocoyo, ada juga Pato si bebek (yang menurut gue agak ajaib karena paruhnya tidak bisa terbuka, tapi bisa berputar-putar seperti mainan :D), Elly si gajah merah muda (yang feminin, hobi balet, dan sangat kuat), Loula si anjing, dan Sleepy bird yang selalu tidur. Penokohan yang tidak terlalu banyak ini juga menambah kesimpelan cerita Pocoyo. Pocoyo sendiri jarang berbicara, ia hanya berbicara pada kesempatan-kesempatan tertentu, seperti ketika baru belajar kata baru. Cerita dalam film ini dipandu oleh narator yang aselinya adalah komedian Inggris Stephen Fry. Ini yang membuat gue berpikir bahwa kalo film ini dibawa ke Indonesa, tidak akan terlalu annoying ketika didubbing. Karena aslinya, Pocoyo sendiri sudah didubbing dalam bahasa Jepang, Arab, dan Spanyol.

Sampai saat ini, film yang dibuat oleh Zinkia Entertainment ini sudah sampai pada seasonnya yang ke dua. Season pertama yang 52 episod sekarang sedang tayang di channel Playhouse Disney. Jam tayang yang gak bersahabat sama jam kantor gue bikin gue pengen banget punya DVD-nya kalo ada...

official blog: http://pocoyo.blogs.com/
official site: http://www.pocoyo.com/

Selasa, 17 Juli 2007

Pimp My Whip - Optimus Prime




Bagaimana kalau pemimpin Autobot yang pemberani, Optimus Prime tampilannya dirombak ala Pimp My Ride?

dilema seorang suami kurang sensitif di toko buku...

Lama gue berdiri di depan rak itu, sampe rasanya pengunjung lain ikut-ikutan memperhatikan. Apa yang dilakukan mas-mas gendut itu di depan rak buku kecantikan?

Yang mereka gak tau, gue sedang berpikir keras. Mata gue yang gak sengaja tertumbuk pada rak ini akhirnya membuat gue yang hobi membawa pulang oleh-oleh aneh ini terjebak dalam dilema:

Kalau misalnya Dewi gue beliin buku The Lazy Girl's Guide to Beauty, apakah dia akan:
1. Tersinggung karena merasa gue menganggapnya tidak beautiful?
2. Tersinggung karena merasa gue menganggapnya lazy?
3. Berterima kasih karena seperti halnya gue, dia juga sudah kesulitan mencari waktu mengurusi dirinya sendiri, dan mungkin buku ini akan memberinya tips tips praktis (dan murah) menjaga kecantikan karena tidak seperti gue yang pemalas dan cuek, dia masih ingin menjaga penampilan.

Hmm, kalo misalnya ada buku 'The Lazy Man's Guide to Handsomeness' (cuih!) mungkin gue gak akan keberatan dikasihnya. Mengingat 1) gue memang pemalas 2) kalo berhasil mana tau istri tambah sayang (suit suit) 2) kalopun gagal tokh gue gak merasa beban. Namanya juga pemalas.

Tapi itu kan cara berpikir gue. Masa Dewi berpikir cara laki-laki? Dan lagi kemungkinannya dua dari tiga gue bakal gagal.

Akhirnya setelah mulai jengah lama-lama di situ, gue memutuskan untuk membeli komik sajah :D

Selasa, 10 Juli 2007

Soundwave-The Touch




Kisah mengharukan dari salah satu anggota Decepticon yang mengharapkan masa jayanya kembali, tapi gagal tampil dalam film Transformers terbaru :D

Minggu, 08 Juli 2007

Nyengir seharian!




Sabtu kemarin, kita menghadiri acara pernikahan salah satu sepupu dekat-nya Dewi. Acara ini jadi istimewa karena keluarga Dewi yang dari Yogya pada datang dan pertama kalinya bertemu dengan si Alif. Alhamdulillah ya si Alif hari itu lagi sumringah dan mau sama sapa aja (untung bukan culik). Dan hari itu dia banyak difoto dengan baju batik kebanggaannya dan cengiran tengilnya. Seharian itu nyengir terus dengan tengilnya...

Dunia memang tak selebar daun kelor...

Kata orang, anak bisa membuat orangtuanya jadi ngetop. Lewat anak, si orangtua jadi dikenal orang, meski dikenalnya hanya sebatas muka. Nama si orangtua biasanya langsung dianulir dan dijadikan 'Mamahnya si anu' atau 'Papah anu', dengan anu adalah nama anaknya.

Beberapa bulan lalu waktu gue ikut acara family gathering kantornya Dewi, sesampainya di gedung Dewi kepengen ke toilet. Jadilah gue masuk ke ruangan acara berdua doang sambil nggendong Alif. Dan gak lama kemudian, beberapa orang tiba-tiba menyapa gue, atau menyapa Alif. Ternyata meskipun belum pernah ketemu langsung, mereka mengenali mukanya (atau pipinya :D) Alif dari foto-foto yang sering Dewi share di kantornya. Gue yang gak mengenali satupun dari mereka jadi rikuh sendiri. Tapi sejak saat itu kalo gue ke kantornya Dewi, gue jadi dikenali orang-orang. Dan gue tetep gak inget nama-nama mereka :D

Kemarin kejadian lagi. Sabtu kemarin di tanggal cantik dimana orang seluruh dunia kepingin menikah supaya beruntung seperti dapat angka tripel seven di slot mesin judi, gue bertemu seorang teman. Saat itu gue sedang berada di acara pernikahan sepupunya Dewi. Uniknya dia pertama kali menyadari gue ada di situ karena melihat wajahnya Alif yang sering gue pajang di sini. Trus dengan ingatannya yang setajam gajah, dia mencari dan menegor gue yang waktu itu lagi makan kambing guling sambil ngobrol sama bapak gue...

Ya, gue bertemu si domba diatas sofa!

Sejak pemudi harapan bangsa ini berlibur dari studinya di Amerika, gue dan pikapinesta berniat mau ketemu, karena selama ini cuma kenal di multiply. Cuman ya kok waktunya gak ketemu terus. Eh, malah ketemu di sini. Ternyata dia teman dekat esema sepupunya Dewi yang sedang menikah itu. Dunia kecil banget yak!
Salut gue buat Avie yang ingatannya bisa menemukan gue dan Alif. Akhirnya kita kopi darat juga meskipun agak gak direncanakan. Ngobrol-ngobrol sedikit dengan canggung tapi agak curhat colongan :D Habis itu kita berencana ketemuan lagi bareng si anak upil juga.

note: Si Alif di foto ini tengil banget mukanya yak...




Rabu, 04 Juli 2007

Transformers

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Other
Tadinya gue gak mau bikin review film ini, mengingat dah banyak banget temen-temen gue yang bikin. Tapi berhubung gue lagi bete dan butuh pelampiasan sambil nunggu file powerpoint ini kebuka, gue mau ngeluarin unek-unek ajah yang gue rasain sejak gue nonton film ini...

Pertama, film ini memang menyenangkan untuk ditonton. Cerita yang accessible buat semua umur, selipan humor yang pas, karakter-karakter yang membumi, terutama buat robot-robotnya. Si pembuat film berhasil membuat robot-robot itu terlihat bersahabat secara masuk akal. Bahkan dialog-dialog para robot yang terdengar klise pun jadi termaafkan kalau melihat logika bagaimana mereka belajar bahasa bumi :D. Jiwa dari banyak film aksi adalah adegan kejar-kejaran mobil. Dan film ini menawarkan adegan tersebut, hanya saja, mobil-mobilnya juga bisa berubah menjadi robot raksasa dan berkelahi layaknya manusia. Seru!
Hanya saja, ternyata sindrom kepusingan yang dialami beberapa orang yang menonton film ini juga menghinggap di gue. Dan gue gak habis pikir kenapa. Efek yang dihadirkan Industrial Light and Magic begitu canggih dan luwes. Terlihat nyata. Tapi kenapa memusingkan buat ditonton ya?

Dan gue menemukan kambing hitamnya. Yaitu desain para robot-robot itu sendiri. Memang sih desain yang detil berhasil mengejar kesan 'alien' dari para robot tersebut. Tapi seringkali gue mesti berusaha keras buat mengenali bentuk-bentuk masing-masing robot. Bagian facia yang biasanya menjadi alat paling mudah buat mencirikan suatu bentuk jadi sulit ditemukan ditengah rumitnya detil masing-masing robot. Dan belum lagi kalau lagi bergerak. Gue lebih sering menangkap adegan pertarungan mereka tak lebih dari dua onggok benda yang berguling-guling. Sulit sekali melihat apa yang sedang mereka lakukan, padahal ada adegan-adegan yang bakalan lebih nendang (seperti ketika dua autobots men-team tackle sebuah decepticon) kalau bisa kita perhatikan. Sepertinya nanti kalau gue punya DVD-nya, gue akan lebih sering mempause di tengah-tengah film buat ngerti dulu apa yang sebenernya terjadi di layar :P

Dan desain para robot yang sedang berubah pun tidak kalah meyebalkannya. Jangan salah, mobil-mobil itu ganteng-ganteng *kecuali truk-nya Optimus yang tetep aja menurut gue kampung*, tapi keputusan untuk mengamerikanisasi semua kendaraan tersebut tidak saja menghina akar dari Transformers itu sendiri, tapi mengurangi wow factor dari beberapa adegan-adegan film. Coba bayangkan, adegan mobil-mobil yang melesat di jalan raya tapi diisi oleh mobil-mobil orisinil Transformers. Pasti akan membuat para fanboy menitikkan air mata saking terharunya mengingat impian masa kecil yang nyata di depan mata. Hey, senggaknya di film kartunnya kita bisa dengan mudah mengenali mana yang jagoan dan mana yang musuh karena di atas kap mobil atau dadanya selalu ada logo mereka, merah yang jagoan, ungu yang musuh.

Ah, memang jangan percayakan pada orang Amerika buat merancang mecha..

Eniwei, ini satu dari sedikit film yang pengen gue tonton lagi, tapi sepertinya lain kali gue mesti bawa Antimo...

Cubaan bagi seorang desainer...

Kemarin diberi tahu, pekerjaan trade presenter (benda apa pula ini) yang udah disubmit ada revisi. In each and every single page of it. Delapan belas halaman layout diharapkan selesai mbesok yaitu hari ini. Setelah menyulut si client service dengan korek api, gue mulai bekerja.

Gue menggunakan Freehand MX karena selain layoutnya yang banyak halaman, gue lebih bisa pake itu daripada Illustrator misalnya :D. Selesai sepuluh halaman, gue save. Gak lupa gue bikin backupnya di Freehand 10. Buat jaga-jaga. Trus gue pulang.

Pagi ini sesampainya di kantor gue buka file gue buat gue terusin lagi. Sip, sebelum makan siang Insya Allah kelar. Eh, filenya gak bisa dibuka. Freehand MX gue hang. Owkay, untung dah bikin backup. Gue buka Freehand 10. Eh, backupnya error juga. What the?

Setelah beberapa lama utak-atik, gue nyerah. Kayanya filenya rusak. Kok ya bisa sampe backupnya rusak? Ya udah, hari masih panjang, gue singsingkan lengan baju dan mulai lagi dari awal. Kali ini gue kerjain di Freehand 10 yang katanya lebih stabil dari MX.

Makan siang, gue save dulu kerjaan yang hampir setengah jadi dan gue tinggal rehat. Pikir gue, Insya Allah sore kelar semua.

Habis makan siang, mau mulai lagi, eh rusak lagi filenya. Kali ini gue bikin backup jadi tiga file dan semuanya rusak! Heran gak habis pikir gue.. Kenapa dengan komputer gue ya? Bisa gila gue mesti ngulang lagi dari awal sekali lagi...

Sepertinya malam ini bakal lembur gak perlu nih, huhuhuhuhuhuh

Update 5:04:
Saat lagi ngebut ngerjain buat kali keempat, seorang teman dari ruang sebelah datang meminjam DVD Writer eksternal yang memang tertancap di komputer. Karena gue baik hati, langsung gue lepas buat gue kasih ke dia. Pas ngelepas kabel power, gue merasa ada yang ganjil. Kok suaranya senyap banget ya.. Gue ngelongok ke atas meja, monitor gue mati. WADAWWW!! POWER KOMPUTERNYA IKUT KECABUTTTT!!! *_*

Selasa, 03 Juli 2007

Kalau gede mau jadi apa?

"Si Alif nanti kalo udah gede mau jadi apa, Mas?" Tanya seorang kerabat pada suatu waktu.

Gue bengong sebentar, trus menjawab secara diplomatis, "Ya, liat aja nanti anaknya minatnya apa."

"Jangan gitu dong Mas. Mestinya dari sekarang diset mau jadi apa. Jadi pembalap, atau astronot misalnya." tambah si kerabat, yang belum menikah karena masih menyelesaikan studi S2-nya (atau sebaliknya ya :D)

Gue hanya nyengir saja sambil berpikir. Sebagai orangtua yang masih pakai plang 'belajar' di atas kap, gue jadi berpikir apa iya mesti begitu? Atau mungkin cara berpikir S2 memang jauh ke depan, berbeda dengan saya yang berpikir biasa-biasa saja dan cenderung sesaat ini :D.

Dalam bayangan gue yang sok tau ini, orang tua berkewajiban membimbing anaknya mengembangkan kemampuan dirinya dan berbekal sebaik-baiknya hingga saatnya nanti mesti hidup mandiri. Pilihan akan cita-cita ya lihat nanti anaknya maunya apa. Cita-cita kan pilihan hidup, dan gak ada yang lebih menyenangkan dari mengambil pilihan hidup yang disenangi. Maunya sih, gue membebaskan anak gue untuk menjadi apa asalkan memenuhi dua syarat:

1. Halal dan tidak menjauhkan dirinya dari agama.
2. Dia selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di bidang itu.

Kalau masalah rejeki dan pendapatan, mestinya sih berbanding lurus dengan poin kedua di atas. Kalau misalnya Alif lebih pingin jadi seniman misalnya dibandingkan dokter, ya mestinya sih gue bisa membolehkan asal dia jadi seniman yang total dan punya rencana untuk terus maju. Misalnya dia pingin jadi pelawak misalnya, ya mestinya sih gue bisa membolehkan asal dia menjadi pelawak yang cerdas dan berhasil. Intinya, always strive for perfection in whatever you do.

Tapi,

Kalo misalnya Alif kepengen jadi polisi atau tentara gimana? Gue masih harus konsisten sama poin di atas gak ya? huhuhuhuhuhu...

*kalo kata ibunya, "Pokoknya aku mau kasih 'pengertian'" *perhatikan penekanan pada kata 'pengertian'* :D